DUA BULAN KEMUDIAN
Tokyo, Jepang.
“Kamu udah sampai dimana, Vin?”
“Udah perjalanan habis sampe Narita.”
“Nanti malam kita ketemuan di daerah Shibuya ya, Vin. Nanti aku share lokasinya.”
Falisha sedang menyelesaikan tugas sekolah dan pekerjaan rumahnya sebelum ia harus bertemu dengan Kevin malam nanti. Kini Kevin sudah berada di Jepang, dan Falisha yakin Kevin tidak akan pernah mengingkari janjinya.
Perjalanan Kevin dari Narita Airport menuju ke penginapan di dekat Shibuya sudah di atur sedemikian rupa oleh perusahaan papanya.
“Pa, Falisha boleh minta satu hal sama papa nggak?” ucap Falisha dimalam ketika keluarga Falisha mengadakan makan malam bersama.
“Apa yang kamu butuhin?”
“Falisha minta papa beliin tiket ke Jepang dan minta tolong ke orang Papa buat urusin keperluan di sana.”
“Untuk siapa dan untuk apa?”
“Buat Kevin, Pa.”
*****
Malam ini Falisha keluar dari dorm - asrama nya, menuju ke daerah Shibuya. Ia menunggu di depan salah satu restoran ramen di sana. Ia mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi Kevin tapi belum ada balasan. Sebelum ia berangkat tadi, Falisha sudah memberikan maps lokasi dimana mereka akan bertemu.
‘Vin, udah dimana?’
‘Aku udah sampai di restonya.’
Sepengetahuan Falisha penginapan Kevin tidak terlalu jauh dari restoran tempat mereka janjian bertemu. Tapi, setelah beberapa saat menunggu, Kevin tidak kunjung datang.
Falisha mencoba untuk menelepon nomor Kevin tapi tetap tidak ada jawaban.
“Kevin, dimana sih kamu?” gumamnya dengan gelisah.
“Falisha.”
Terdengar suara seseorang memanggil nama Falisha dari belakangnya. Seketika Falisha mematung sejenak, mendengar suara yang dua bulan ini ia rindukan.
Falisha membalikkan badan dan menemukan seseorang yang ia tunggu kedatangannya sejak sebelum ia berangkat ke Jepang. Mereka saling berhadapan di bawah butiran salju yang berterbangan. Tokyo merupakan kota yang sangat jarang turun salju, tapi malam ini, salju turun menghiasi gemerlap Tokyo di malam hari.
Tak terasa cairan bening memenuhi kelopak mata Falisha hingga tidak bisa terbendung dan luruh membasahi pipinya.
Falisha merapatkan jarak diantara keduanya dan kemudian memeluk tubuh di hadapan Falisha. Tapi, seseorang yang ada di depannya hanya diam mematung tanpa membalas pelukan Falisha.
“Kevin, aku kira kamu nggak akan mau terima tiket yang aku kasih dan kamu nggak mau datang.”
“Gu… Ak… aku bakalan datang. Pasti!”
“Tapi kenapa kemarin pas aku berangkat kamu gak dateng?”
“A… Aku ada urusan mendadak. Mama sakit.”
“Hah sakit apa?”
“Sakit biasa, tapi ya emang gak bisa di tinggal.”
“Yaudah, tapi Mama kamu sekarang udah gapapa kan?"
"Iya, Mama waktu itu cuma kecapekan aja."
"Yaudah, kita makan yuk.”
Falisha menggandeng tangan Kevin memasuki restoran ramen tersebut.
*****
“Makasih buat malam ini, Vin.”
“Iya.”
“Besok bisa kita jalan-jalan lagi?”
“Bisa.”
“Oke, besok kita keliling-keliling daerah shibuya aja. Aku juga belum terlalu tau tentang Jepang sejauh ini.”