SEPULUH BULAN KEMUDIAN.
"Semuanya, aku duluan ya," ucap gadis itu kemudian berlalu meninggalkan rombongannya.
Di bandara terlihat satu gadis berjalan sendirian dengan membawa beberapa koper. Ia baru saja turun dari penerbangan Jepang-Indonesia. Ia berjalan dengan terburu-buru dan ponsel menempel di telinganya.
“Pak Agung, udah sampai di mana?”
“….”
“Oke, pak Saya kesana.”
Falisha berjalan menuju ke lobby dimana Pak Agung sudah menunggu kehadiran Falisha untuk menjemput gadis itu.
“Pak, keadaan rumah gimana?” tanya Falisha begitu sudah masuk ke dalam mobil.
“Baik-baik aja kok, mbak.”
“Mampir ke rumah Kevin dulu boleh, pak?”
“Hm… pulang dulu ke rumah baru nanti ke rumah mas Kevin, ya mbak. Soalnya udah di kasih pesan sama nyonya langsung pulang aja, udah tungguin sama tuan sama nyonya di rumah.”
Mendengar penjelasan pak Agung, terlihat sedikit perubahan raut wajah Falisha menjadi sedikit murung.
Mobil yang di tumpangi Falisha melaju cepat menuju ke rumah. Sepanjang perjalanan Falisha hanya memandangi ke kanan dan kiri jalan, mengamati suasana kota yang sudah ia tinggal 1 tahun.
*****
“Bu, semuanya udah di pasang?”
“Sudah nyonya.”
“Makanannya sudah siap semua?”
“Sudah. Makanan yang dibawakan dari Bu Sofia juga sudah saya pindah ke piring dan disajikan di meja makan.”
Hari ini, rumah Falisha lebih ramai daripada hari-hari biasanya. Kedua orang tua Falisha di tambah dengan beberapa orang yang diminta untuk datang menyambut Falisha di rumah.
“Eh, Ini pak Agung udah bilang kalau udah mau sampai di rumah. Kalian jangan lupa buat sembunyi dulu ya, atau langsung tunggu di meja makan aja, tapi jangan berisik,” ujar Rena kepada semua orang yang sedang mempersiapkan kejutan untuk Falisha.
Tak berselang lama sebuah mobil hitam berhenti di halaman rumah Falisha. Utomo dan Rena sudah memposisikan diri mereka untuk menyambut Falisha di depan pintu.
“Hai, sayang,” sapa Rena begitu melihat Falisha turun dari mobil hitam tersebut.
“Hai, Ma. Pa.”
Falisha berjalan mendekat dan memeluk kedua orang tuanya secara bergantian.
“Apa kabar, Sayang?”
“Baik Ma. Mama sama papa apa kabar?”
“Kami disini baik-baik aja.”
“Hm… gimana dengan kelanjutan masalah hubungan kalian?” tanya Falisha ragu-ragu sambil menatap kedua orang tuanya secara bergantian.
“Semuanya udah selesai, Sayang. Tapi kami masih akan selalu ada di sini buat kamu. Eh... masuk yuk sayang. Kita makan-makan di dalam. Bu Siti udah masak banyak di belakang.”
Falisha mengamati sekeliling rumahnya. Tidak ada yang berubah sejak ia pergi satu tahun yang lalu.
“Selamat datang kembali, Falisha,” ucap orang-orang yang berada di meja makan rumah Falisha secara serentak.