Ephemeral

KATA LUVI
Chapter #44

Chapter 44 - Kejujuran

Sinar matahari pagi dan bunyi alarm menyapa Falisha yang baru saja bangun dari tidur malamnya. Pagi pertama yang ia rasakan setelah mengetahui bahwa seseorang yang ia rindukan akan selalu berada di dalam ruang rindu tanpa tahu cara keluar dari sana.

Pagi di mana dirinya harus menyadari bahwa seseorang yang ia harapkan hadir di pagi-pagi selanjutnya hanya akan menjadi bayangan yang mengikutinya sepanjang hari.

Semalaman Falisha menangis dan sudah bisa di pastikan pagi ini matanya bengkak dan sembab. Kini dirinya sudah terlalu lelah menangis, dirinya melamunkan kenangan-kenangan yang pernah ia lalui bersama Kevin.

Tok … tok … tok.

Ketukan pintu membuat Falisha tersadar dari lamunan paginya.

“Falisha, Sayang. Ayo makan dulu. Mama tunggu di bawah.”

Pagi ini juga merupakan pagi pertama dimana suara Bi Siti yang selalu menyapa telinganya digantikan oleh suara yang setelah sekian lama dirinya tidak mendengarnya, kini kembali terdengar.

Suara mamanya.

“Iya, Ma.”

Falisha berjalan menuruni tangga, lalu langkahnya terhenti dan merasakan perasaan yang aneh. Setahun lalu dirinya selalu melihat Kevin sedang duduk di sofa ruang tamu setiap pagi untuk menjemput dirinya. Dan kini sofa itu kosong tidak terjamah.

“Falisha, kenapa berhenti di situ, Sayang?” tanya mamanya yang baru saja keluar dari ruang makan.

“Nggak… gapapa, Ma.”

*****

Falisha hari ini masih belum masuk ke sekolah dan memilih untuk berdiam diri di kamarnya. Ia memandangi layar ponselnya. Beberapa kali membuka folder foto dan aplikasi chatnya secara bergantian. Ia mengenang kembali momen-momen dirinya bersama Kevin.

“Mbak Falisha… ini ada Mbak Okta,” terdengar ucapan Bi Siti dari luar kamar Falisha.

“Iya… masuk aja gapapa.”

Terdengar suara pintu terbuka yang sesaat kemudian kembali tertutup. Suara derap langkah kaki itu berhenti tepat di belakang Falisha yang sedang duduk dimeja belajarnya.

“Sha….”

“Iya.”

“Gue mau minta maaf.”

“Iya… udah gue maafin dari sebelum lo minta maaf, Ta,” Falisha memutar badannya kemudian berdiri dan memeluk tubuh perempuan di hadapannya.

“Waktu itu Kevin udah bilang ke gue….”

Lihat selengkapnya