‘Carilah teman yang seperti cermin. Bukan seperti uang, depan lain dan belakangnya juga lain.’
Mika melangkah turun dari mobil milik kakak sulungnya dengan beanie bewarna pink yang menutupi rambut sebahu miliknya. Nama kakak sulungnya adalah Arjuna Elgiva Palivan, panggil saja Juna. Mau tambah embel-embel sayang juga tidak apa-apa.
Sejak Mika menginjakkan kaki di Sekolah Dasar hingga Mika akan segera menamatkan diri di Sekolah Menengah Atas, Juna lah yang setia mengantarkan adik kesayangannya itu. Kemana pun perempuan itu pergi, laki-laki itu juga yang menemaninya. Ya wajar saja, Juna begitu menyayangi adik bungsunya tersebut.
“Nanti pulang jemput Mika, ya,” Sebelum Mika betul-betul menghilang dari hadapan Juna dengan tidak sopan. Ia terlebih dahulu berdiri di luar mobil; menghadap kearah Juna yang terlihat rapi dengan setelan kantornya. Maklum, seorang bos harus terlihat rapi oleh seluruh karyawannya.
Juna melirik kearah arloji di pergelangan tangannya, kemudian kembali memusatkan perhatiannya pada Mika yang saat ini tengah menunggu jawaban dari dirinya. “Iya, sayang. Nanti abang jemput. Tenang aja, ya. Nanti, kamu tunggu di ruang tunggu atau di lobi. Jangan di depan gerbang atau di halte,”
Lihat, kan? Betapa protectivenya Juna terhadap Mika. Namun Mika begitu mengerti dengan yang dilakukan oleh Juna. Juna seperti ini karena hanya Mika lah yang ia punya. Begitu juga dengan Mika.
Setelah kedua orangtua mereka meninggal dunia akibat kecelakaan pesawat terbang, mereka berdua tinggal di rumah mewah wasiat terakhir orangtua mereka bersama Bibi Juni, 2 tukang kebun, 3 satpam, dan 1 supir pribadi. Meskipun terlihat ramai, Juna dan Mika kerap merasakan sepi.
“Yaudah, deh. Kalo gitu Mika masuk dulu,” Ia berjalan masuk ke dalam sekolah barunya dengan hati yang berdebar-debar.
Dari dulu hingga sekarang, ia benci dengan yang namanya menjadi murid pindahan. Dan saat ini, entah kesalahan apa yang ia lakukan sampai-sampai Juna memindahkan dirinya ke Grand National High School tepat ketika ia menduduki bangku kelas 3 semester 2. Menakjubkan.
Orang-orang yang mengetahui hal itu pasti akan berfikir kalau dirinya adalah anak yang memiliki nilai 0 besar, tidak memiliki prestasi, atau bahkan lebih parahnya lagi sering di keluarkan dari sekolah. Padahal kenyataannya tidak seburuk itu.
Murid-murid baik perempuan ataupun laki-laki mulai memperhatikan kedatangan Mika yang menurut mereka tidak diundang. Jika para laki-laki merasa terpukau dengan cantiknya seorang Mika, maka yang perempuan merasa iri karena kecantikan mereka berada jauh di bawah Mika.
Apa peduli Mika?
Yang terpenting adalah ruang kepala sekolah. Dan saat itu juga ia telah sampai di ruang kepala sekolah yang letaknya cukup strategis. Rasanya Mika ingin guling-guling, melakukan sujud syukur, membuat hajatan saking bahagianya.