‘Orang baik dipertemukan dengan orang baik pada waktu yang telah ditentukan.’
Mika tersenyum bahagia ketika Nelva dan Alina menunjukkan dimana keberadaan loker. Dan disini lah ia sekarang. Ia membuka lokernya dengan hati-hati, lalu diperhatikan satu per satu benda apa saja yang berada didalam loker kepunyaannya tersebut.
Terlihat ada sepatu olahraga, pakaian olahraga, pakaian hari senin hingga rabu, pakaian muslim, dasi dan topi, perlengkapan menulis, dan tentunya buku-buku pelajaran yang menjadi benda sakral paling utama dari yang utama.
Mika pikir, loker di sekolahnya yang baru berukuran kecil seperti yang ia punya ketika ia masih bersekolah di sekolah lamanya. Ternyata lokernya yang baru berukuran lumayan besar memanjang dengan tinggi yang tidak bisa ia perkirakan. Ia segera mengambil buku-buku pelajaran sesuai dengan mata pelajarannya setelah ini. Tak lupa dengan perlengkapan alat tulis yang tidak ia miliki.
Mika menutupi loker miliknya dengan perlahan-lahan, lalu berjalan meninggali deretan loker tersebut seperti meninggali mantan yang pernah menyakiti hatinya. Tanpa ia sadari, sedari tadi ada sepasang mata yang secara tidak sengaja mengawasinya dengan perasaan yang belum pernah ia rasakan. Namun Mika tidak tahu akan hal itu.
Dan mungkin Mika tidak akan mencari tahu tentang laki-laki itu. Atau mungkin laki-laki itu akan berusaha mendekati Mika.
Kelas 12 IPA 1 terlihat ramai ketika Mika berjalan masuk kedalam kelas tersebut bersama kedua teman barunya, Alina dan Nelva. Seperti biasa, jika mereka kedatangan murid baru maka mereka semua akan melakukan ritual yakni memotong nasi tumpeng yang ternyata telah di sediakan oleh Ketua kelas; Gerald namanya.
Kelas itu memang berbeda dari yang lainnya. Bahkan seantero sekolah mengakui jika kelas 12 IPA 1 adalah kelas terunik, terkompak, dan terbaik yang pernah ada di sekolah tersebut. Wajar saja, murid-murid yang berada di kelas tersebut lah alasan dari seluruh pujian yang sering kelas mereka dapat kan.
“Eh,” Mika terkejut ketika Gerald membawakan nampan besar yang berisikan nasi tumpeng kearah meja-meja yang telah tersusun dengan begitu rapi.
Ia tidak menyangka jika kedatangannya membuat mereka melakukan hal yang tidak pernah ia duga sebelumnya.
“Kok ada nasi tumpeng?” tanyanya bingung bukan main.
Gerald; ketua kelas blasteran Arab-Indonesia, dengan wajah yang tampan bak pangeran, dan tubuh yang begitu atletis, langsung mengamit lengan Mika dan mengajaknya kearah nasi tumpeng yang telah dihiasi seindah mungkin.
Anggota-anggota kelas tersebut termasuk Alina dan Nelva sudah menempati posisi mereka masing-masing. Mereka semua adalah saksi jika Athena Mikaela akan resmi menjadi murid di kelas 12 IPA 1 jika ia memotong tumpeng tersebut.
“Ayo dipotong tumpengnya. Setelah ini, lo resmi jadi murid di kelas ini,” Suruh Gerald. Mika hanya mengangguk didalam diamnya.