‘Gue seneng kalo liat lo senyum.’
Dika berjalan masuk kedalam basecamp miliknya yang tidak begitu ramai. Hanya ada Gino, Kayla, dan Baim. Hansel izin untuk sementara waktu karena ada urusan lebih darurat yang harus laki-laki itu selesaikan.
Mengenai Baim. Semenjak pertandingan basket selesai, ia lebih memilih untuk bermain dan berkumpul bersama Dika and the gengs. Entah apa gerangannya, baik Dika maupun sahabatnya yang lain tidak tahu. Toh yang penting Baim orangnya humoris, walaupun cuek kalo didekati perempuan lain.
“Tumben telat,” Celetuk Kayla yang asik memainkan ponsel miliknya.
Dika menghempaskan tubuhnya keatas sofa, lalu menoleh kearah sahabat-sahabatnya yang ternyata sibuk sendiri. Baim sibuk dengan ponselnya, Kayla sibuk dengan ponselnya, hanya Gino yang sibuk dengan makanannya.
Ya, Gino kan pecinta makanan. Hampir semua makanan-makanan dalam dan luar negeri ia tahu. Maklum, food traveller.
“Eh,” Baim memasukkan ponselnya kedalam saku celana. “Kemaren Nelva kasih tau gue, katanya kembaran Hansel sakit parah gitu. Emang bener, yak?” tanyanya.
Kayla meletakkan ponselnya diatas sofa, sepertinya baik Kayla maupun Dika dan Gino, merasa tertarik dengan obrolan yang dimulai dari Baim.
“Masa, sih? Emang sakit apaan?” tanya Gino penasaran. “Kasihan gitu, ya. Cantik-cantik tapi sakit,”
Kayla mendengus pelan. “Yang namanya sakit itu bukan kehendak kita, Gino,”
“Nelva gak kasih tau si Mika sakit apaan. Tapi, dari cara dia ngomong, dia kayak nyembunyiin sesuatu dari gue,” Cerita Baim. Sudah pacaran 3 tahun, masih saja curiga sama pacar sendiri. Heran.
Gino terkekeh, “Ya kali cewe lo nyembunyiin sesuatu dari lo. Kalian udah pacaran 3 tahun, masa iya lo masih curiga gitu. Coba liat cewe lo, dia gak pernah sedikit pun curiga atau marah sama lo. Kalo kesal ya kesal, sekilas aja gitu. Gak kayak lo, apa-apa marah sama dia. Untung dia penyabar,” Jelasnya.
Baim menautkan alisnya bingung, “Kok, lo tau gitu soal Nelva?”
“Nelva kan temen gue juga, semvak!” Gino menoyor pelan kepala Baim. “Ya kali gue mau nikung lo. Gak baiknyakitin orang yang sayang banget sama kita. Kalo kata Alina tuh, pamali, entar kena karma,”
“Nah, lo sendirinyakitin cewe!” Kayla berteriak, lalu tertawa.
Gino memutar bola matanya malas, “Gue mahnyakitin cewe yang pantes disakitin, dungu. Kalo yang baik-baik mah, mana berani gue,” Dumelnya.
Dika yang berada di lingkaran sahabatnya, hanya bisa diam. Tidak mau ikut-ikutan tertawa atau apalah itu. Ia masih memikirkan perkataan Baim mengenai Mika yang katanya sakit parah. Memangnya Mika sakit apa? Kenapa keluarga mereka seperti terlalu tertutup? Apalagi Hansel yang akhir-akhir ini selalu menghindar. Seolah, ada benteng yang membataskan antara dunia Hansel dan Dika.
Padahal mereka bersahabat.
“Ya, si Dika malah ngelamun. Pasti ngelamunin Mika, dah,” Ceplos Gino. Gino mah emang begitu.
Baim menyenggol lengan Dika, sehingga laki-laki itu kembali ke dunianyatanya. Dika mengacak rambutnya sekilas. Hatinya masih tidak tenang.
“Mending lo ke rumah Mika, gih,” Suruh Kayla. “Daripada lo kepikiran mulu kek kehilangan anak ayam,”
“Gak, ah. Entar gue malah ngeganggu lagi,”
“Ye, kutil kuda. Semalam jam 1 pagi, lo ngapain ke rumah dia, hah?” tuding Gino yang berhasil membuat Baim dan Kayla mendelik kaget. “Itu baru yang namanya ngeganggu,”
Dika meringis, “Terus gue bawa apa ke rumah dia? Masa coklat lagi,”
“Bunga aja,dah. Ribet amat. Kalo lo udah jadian sama dia, baru lo kasih dia yang special dikit lah,” Saran Baim.
Begini lah enaknya punya sahabat. Apa-apa bisa minta saran, apa-apa bisa minta pendapat. Dika bersyukur karena ia memiliki sahabat-sahabat yang begitu menyayangi dirinya dan begitu sebaliknya.
“Nah, Baim be—Eh, tunggu bentar,” Gino merogoh saku celana sekolahnya, mengambil ponsel yang bergetar sekilas.
Ada satu pesan yang masuk kedalam aplikasi Line miliknya.
Gino menyipitkan matanya, lalu menekan pesan tersebut. Ternyata pesan dari sahabatnya yang berada di Jerman. Dan itu berhasil membuatnya kaget.
Nelfiosfabinzo: Besok, gue sampe di Jekardah. Lu sama yang lainnya jemput, ye. Btw, hukuman gue udah abis. Jadi, gue pindah lagi ke Jakarta.
“ANJIR! Besok si semvak dugong sampe di Jakarta!”
Teriakan Gino berhasil membuat yang lainnya merasa kaget dan juga senang. Karena setelah ini mereka akan bersama-sama lagi seperti dulu. Namun tidak untuk Baim.