‘Gak perlu cowo romantis. Mending punya cowo cuek yang sama sekali gak tergoda sama cewe lain.’
Hari berganti hari. Minggu berganti minggu. Bulan berganti bulan.
Sudah hampir satu bulan pasca Nelva dan Baim kembali baikan, sejak itu juga Mika dan Dika tidak saling berkomunikasi. Ralat, Mika mengirimkan pesan sebanyak mungkin namun laki-laki itu sama sekali tidak membalas pesan dari Mika.
Seharusnya Mika sadar jika dari awal ucapan laki-laki tidak ada yang bisa dipegang. Semuanya sama seperti balon yang berwarna-warni namun isinya kosong.
Semacam bulshitt.
Hari ini jadwal Dokter Cantika datang ke rumah untuk melihat kondisi tubuh Mika. Juna dan Hansel setia berada didalam kamar adik mereka sembari mengemil tentunya karena saat ini masih pagi dan kedua insan itu memilih untuk tidak pergi ke tempat yang seharusnya.
“Kamu mau makan apa? Biar Abang beliin,” Tanya Juna lembut. Ia masih mengenggam erat tangan Mika.
Mika tersenyum tipis. Semakin hari keadaan tubuhnya semakin melemah, energinya terkuras padahal ia hanya berbaring diatas ranjang tidur. “Nasi goreng aja, Bang,”
Juna mengangguk, ia melepaskan genggaman tangannya; menyuruh Hansel untuk menggantikan posisinya karena ia harus keluar untuk mencari nasi goreng.
“Gue pesen juga, Bang!” teriak Hansel yang hanya dibalas anggukan oleh Juna.