-Kita bukan sekedar sahabat, tetapi sudah melebihi kata itu.-
Mungkin sudah 2 minggu lamanya Alina dan Nelva menginap di rumah Mika. Mika sama sekali tidak keberatan karena ia merasa senang dengan kedatangan kedua sahabatnya itu. Selama di rumah Mika, mereka bertiga saling bercerita mengenai pengalaman mereka masing-masing, belajar mendandani wajah Mika, bahkan Alina dan Nelva tak segan-segan belajar membuat kue untuk Mika.
Semua itu mereka lakukan agar Mika tidak memikirkan Dika.
Nelva tahu apa yang terjadi, makanya lebih baik ia membuat Mika untuk tetap memikirkan apa yang terjadi sekarang.
Alina dan Nelva berjalan masuk kedalam kamar Mika yang masih sama kondisinya; masih menggunakan jas hijau, harus mensterilkan kedua tangan, dan jam besuk tetap terjadwal. Mika yang terbaring lemah diatas ranjang tidur, menyunggingkan senyumannya ketika melihat Alina menunjukkan sebuah kue yang dihias sedemikian rupa.
Mika bahagia. Sungguh, sangat bahagia.
“Lo mesti cobain kue bikinan gue sama Alina. Dijamin enak!” seru Nelva. Ia memotong kue tersebut dan meletakkan keatas piring kecil.
Alina meletakkan kue yang menyerupai rainbow cake buatannya dan juga Nelva keatas nakas, lantas ia membantu Mika untuk menegakkan tubuhnya dan menyandarkannya ke ranjang tidur. Nelva dengan bahagia menyuap sepotong kecil kue buatannya kedalam mulut Mika.
Seketika Mika tertawa karena rasanya yang benar-benar mengugah selera.
“Harusnya kalian buat toko kue,” Kata Mika sungguh-sungguh. “Serius, deh. Kue kalian enak banget,” Mika mengacungkan jempolnya dengan senyuman yang tidak pudar.
“Iya nanti kita bikin toko kue, dan lo harus jadi orang pertama yang nyobain semua kue bikinan kita,” Seru Nelva bersemangat.
Alina turut bahagia ketika melihat wajah Mika yang sangat bahagia, begitu juga dengan Nelva yang tiba-tiba saja ingin meneteskan airmata saking terharunya.
“Kalian gak kangen sekolah?” tanya Mika tiba-tiba.