-Aku hanya ingin hidup bahagia bersama mu. Itu saja,-
Hansel melangkah masuk kedalam kamar Mika dengan jas hijau yang terbalut sempurna di tubuh atletis miliknya. Tapi, langkahnya harus mendadak terhenti kala melihat ranjang tempat Mika merebahkan diri kosong dalam artian kata sama sekali tidak ada yang menempati tempat itu. Yang lebih parahnya lagi, tiang infus kepunyaan Mika tergeletak begitu saja.
Nyatanya yang hilang hanya botol besar yang berisikan obat milik Mika.
Hansel panik bukan kepalang. Buru-buru ia menelfon Juna dan mengatakan kalau Mika menghilang, spontan laki-laki yang berada di seberang telfon itu meninggalkan meeting demi pulang ke rumah dan memastikan bahwa Mika baik-baik saja.
Sungguh, Hansel takut kehilangan Mika lagi. Cukup sekali saja.
“Loh, Hansel?” Mika memunculkan dirinya dari kamar mandi. “Kok di kamar aku?” tanyanya kebingungan.
Bukannya dijawab, Hansel malah memeluk erat tubuh Mika sehingga kebingungannya menjadi dua kali lipat. Ditambah lagi ketika sosok Juna sudah berada di ambang pintu dengan nafasnya yang terengah-engah. Alina dan Nelva menduga kalau Juna melakukan aksi kebut-kebutan bak di film Fast and Furious demi memastikan keadaan Mika.
“Loh, bang Juna?” Mika berusaha memastikan.
Sedetik kemudian, Juna langsung ikut-ikutan memeluk Mika dengan erat. Sehingga mereka bertiga sangat lah mirip dengan teletubies yang selalu berpelukan dimana pun mereka berada.
“Aduh, kalian berdua kenapa, sih!” Mika melepaskan dirinya dari pelukan Hansel dan juga Juna.
“Tadi tuh Hansel nelfon katanya kamu hilang, makanya Abang cepat-cepat kesini,” Jelas Juna.
Hansel menggaruk tengkuknya, “Habisnya Mika gak ada di kasur, dan—Heh! Kenapa kamu lepasin selang infus!” teriaknya seketika baru sadar jika Mika tidak lagi menggunakan infus.
Alina dan Nelva langsung menjadi tameng pelindung Mika.
“Karena Mika pengen ceria kayak dulu lagi,” Sahut Alina.
Hansel bersedekap tidak setuju, “Enggak!” katanya sakarstik. “Infus itu udah jadi makanan sehari-hari Mika. Kalo dia kenapa-kenapa, gimana!” lanjutnya sebal.
Nelva berkacak pinggang, “Kasih Mika kesempatan! Dia juga mau bahagia, mau happy-happy, mau kemana-mana!” cetus Nelva lebih galak.
Juna langsung membawa Mika keluar dari kamar. Biarlah Hansel menyelesaikan masalah antara dirinya, Alina dan juga Nelva.
“Usia Mika itu udah—” Hansel menghentikan ucapannya.
Ia terdiam tak bergeming.