-Tentang kuatnya aku, hanya Tuhan yang tau-
Langit Jakarta terlihat cerah. Saking cerahnya, burung-burung berterbangan kesana kemari untuk mengapresiasikan kebahagiaan mereka karena Tuhan memberikan cuaca cerah untuk kali ini. Walaupun bisa saja nanti langit berubah mendung yang menandakan akan segera turun hujan.
Hansel melangkah keluar dari kelasnya yang mulai kosong. Ia memutuskan untuk pergi ke kantin, namun sebelumnya ia akan menjemput Nelva dan juga Alina yang sudah memperingatinya semalam.
Akhir-akhir ini, Hansel merasa aneh dengan dirinya. Bukannya apa, detak jantungnya terasa begitu cepat ketika ia bersama dengan Alina. Tak hanya itu, terkadang secara spontan ia menggombali sahabat dari kembarannya tersebut. Dan parahnya lagi, kupu-kupu seolah beterbangan didalam perutnya.
Apa yang terjadi dengan dirinya?
“Heh, ngelamun mulu lo,”
Hansel tersentak, lantas mengusap tengkuknya seakan merasa malu. “Sesekali ngelamun gak papa lah,” Katanya pelan.
Nelva tidak lagi menjawab. Ia langsung menempati meja kantin yang berada di bagian sudut, diikuti juga oleh Baim, dan Alina. Sedangkan Hansel memutuskan untuk memesan makanan.
“Gimana keadaan Mika?” tanya Baim terhadap pacarnya, Nelva.
Nelva menghela nafasnya berat, “Gak ada perubahan,” Jawabnya.
“Aku ngerti, by. Tetap tawakal inshaallah Mika sembuh,” Ucapnya dan diangguki oleh Nelva.
“Dika sekarang gimana?” tanya Alina tiba-tiba.
Baim mengerutkan dahinya, gimana apanya, nih?
“Gimana maksudnya?” tanya Baim bingung.
Alina memutar bola matanya sebal, “Dia masih sayang gak sama Mika?” tanyanya sakarstik. “Udah hampir satu bulan kayaknya mereka gak saling ketemuan, dan gue ngerasa Dika Cuma main-main, deh,” Tambahnya.
“Gue gak ngerti sama jalan pikiran dia. Dengar-dengar, mantannya balik lagi dan gue gak tau selanjutnya apa,”
Nelva dan Alina mendelik terkejut. Begitu juga dengan Hansel yang sudah tiba dengan makanan di meja mereka.