Epiphany

syabrinaaputri
Chapter #1

#1 Mody

Tak heran negeri Singapura menyapa pagi dengan sangat indah. Matahari yang bersinar sangat terang dan udara yang begitu segar, terlihat jelas awan begitu cerah dari jendela kamar Mody. Ia bangun dan semangat dari tempat tidur untuk beraktivitas, kegiatan yang biasa Ia lakukan adalah satu, mencari kerja. Itu adalah hal yang paling penting ia lakukan saat ini. Mody turun kebawah menyapa keluarga kecil yang begitu ceria menyambut pagi.

“Morning pa, ma dan adekku yang imut nan cantik.” Mody mengecup pipi adeknya yang tampak muram.

“Ih, apaan sih lo Mod, nyium-nyium aja. Geli tauk,” Ucap Melody sambil menggosok pipi yang dicium oleh Mody.

“Galak amat sih buk, masih kecil jangan suka marah. Nanti cepat tua lo. Liat aku, walau udah umur 23 tahun masih kayak anak-anak, ya ‘kan maa, paa?”

“Iyain aja deh biar cepet,” Jawab Mauren, ibu Mody yang begitu cantik dan tak pernah marah sambil tersenyum.

Mody melihat keluarganya yang sarapan sambil tersenyum bahagia, ia merasa sangat bersyukur memiliki keluarga yang tak pernah ada keributan di dalam rumah. Mody menghela napas sangat dalam, dan berucap dalam hati “Apapun yang terjadi aku harus semangat dan nggak boleh nyerah.”

“Hari ini mau ngelamar kerja dimana, Mod?” tanya Mauren.

“Kemana aja Ma, yang penting kerja.”

“Semoga kali ini di terima ya, nak.” Ucap papa Mody.

“Yok paa, kita berangkat. Nanti aku telat masuk kelas.” Melody berdiri lalu menyalami Mauren dan Mody. “Aku pergi dulu ya, maa, kak.” Melody berlari keluar, saat berdiri di pintu, Melody membalikkan badannya dan berkata. “Semangat cari kerjanya kak! Go go Fighting!”

Mody saling menatap dengan mamanya, merasa heran. “Tumben tu anak ma, nggak kayak biasanya.”

“Iya tuh, ada apa ya.” Mauren dan Mody tertawa tipis.

“Yaudah, aku pergi dulu ya Ma. Hati-hati di rumah.”

“Kamu hati-hati di jalan ya. Semangat nak!”

Mody tersenyum tipis lalu menganggukkan kepalanya, Mody pergi keluar rumah sambil melihat awan. “Ayo semangat! semoga hari ini bahagia.” Mody berteriak semangat dengan kencang, sehingga ibunya mendengar. Mauren tersenyum melihat anaknya yang sangat positif, ia sangat bersyukur mempunyai dua anak perempuan yang saling mendukung dan sangat pengertian.

Diliat Mody saat ia berjalan, melewati Garden by the bay di pagi hari. Penampilan unik supertree- kebun vertical yang menjulang hingga 50 meter dan dua dari struktur ditautkan oleh lintasan di udara segar yang menghadirkan pemandangan cakrawala Singapura yang memiliki pemandangan yang memukau. Orang-orang berjalan dengan pakaian rapi sambil menyandang tas dan map kerja, tak sabar ia juga ingin melakukan hal yang sama seperti itu.

Di beberapa perusahaan yang Mody masukkan lamaran, ada yang menerima lamaran kerjanya dan ada juga yang tidak. Mody dibentak sama salah satu satpam dari perusahaan yang ia lamar. Mody terdiam mematung, saat lamarannya tidak diterima dan dibentak depan orang banyak.

Rasanya Mody ingin menangis, tapi ia menanamkan dalam hati, agar dia tidak boleh menangis semudah itu. Hidup memang tidak mudah, terkadang tak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Mody yang menginginkan berkerja di perusahaan bagian desain tetapi selalu ditolak saat melakukan interview, tahap pertama dalam tes kerja, Mody selalu lolos. Namun, saat ia berbicara tidak tahu mengapa Mody selalu merasa gugup.

Mody pergi ke Merlion Park dimana tempat wisata Singapura yang selalu di datangi pendatang dari luar kota dan negeri. Mody mencoba menenangkan pikiran, ia melihat orang-orang di sekeliling yang terlihat begitu bahagia. Ada yang sudah berkeluarga, mempunyai anak yang begitu lucu, tertawa, lalu mengabadikan momen dengan berfoto. Melihat itu semua, Mody tersenyum, namun berbeda dengan apa yang ia rasakan.

Mody merasa tidak bisa berada di tempat ramai dalam keadaannya yang seperti ini. Mody pergi ke Marina Bay diatas gedung tertinggi. Ia menulis sebuah harapan di atas kertas, tak tahu mengapa air matanya jatuh dan membasahi kertas yang sedang Mody tulis. Harapan-harapan yang Mody inginkan hanya satu, bahagia dengan apa yang ia inginkan. Mody teringat akan kejadian tiga bulan yang lalu, Mody putus dengan kekasihnya dan itu membuat hati Mody semakin hancur.

Harapan tentang cinta, Mody ingin mempunyai kekasih yang bisa menggambar. Karena dengan begitu ia selalu bisa melihat gambar yang telah di lukis oleh kekasihnya sambil mengingat momen-momen yang pernah terjadi. Mody sangat suka dengan karya seni lukis dan sastra. Setelah selesai menulis beberapa harapan, ia membuatnya menjadi pesawat kertas. Mody melihat langit dan awan yang begitu indah, ia mengepal pesawat kertas itu sambil menangis, “Aku mohon bantu aku untuk bahagia dan mendapat kerja. Sekali ini saja izinkan keajaiban datang di hidupku. Aamiin.” Mody meniup pesawat kertas dan menerbangkannya dari ketinggian gedung itu.

Pulang kerumah, Mody menayapa mamanya dengan ceria. Setelah apa yang terjadi padanya, ia hanya tak ingin menunjukkan kesedihan kepada ibunya yang cantik itu. Mody masuk ke kamar, dan Atika berada di dalam kamar. Atika adalah sahabat kecil Mody, mereka pernah terpisah karena jarak. Papa Mody yang suka pindah-pindah kerja membuat Mody hanya memiliki teman sedikit.

Sejak kecil, Atika dan Mody tinggal di Jakarta, mama mereka bersahabat sejak SMP, saat di Jakarta hingga berada di Singapura rumah mereka selalu berdekatan. Seolah takdir tak pernah bisa memisahkan mereka. Di Jakarta mereka selalu kemana-mana pergi bersama, lalu Atika pindah ke Singapura saat tamat Sma, sejak itu komunikasi di antara mereka terputus karena sudah merasa sibuk masing-masing dengan dunia kuliah. Mody yang mengambil jurusan Akuntansi dan Atika Management. Sekarang rasanya mereka tak akan lagi bisa terpisah karena papa Mody sudah menetap kerja di Singapura.

Lihat selengkapnya