Epiphany - Cinta Atau Dendam

ken fauzy
Chapter #3

Perbincangan Ngawang-Ngawang

“Itulah kenapa aku membaca buku ini Mas,” kata Andini.

“Nah ini menarik. karena hal-hal itu juga yang menarik perhatianku,” ucap Danar menegakkan tubuhnya, matanya terlihat bersemangat. Ia tak menyangka ternyata Andini memiliki kesamaan dengan dirinya dan ia merasa percakapannya dengan Andini akan semakin menarik. “Oya? Tapi maaf Mas, bukannya itu malah bertentangan ya?” heran Andini lalu menyudahi makan siangnya dan menutupnya dengan meminum yoghurtnya. “Bertentangan? Oh, aku ngerti maksudmu, karena tidak seharusnya seorang dokter itu mempelajari soal obat-obatan herbal karena sudah ada obat-obat pabrikan gitu ya?” ucap Danar mengurai maksud pertanyaan Andini itu.

Andini mengangguk.

“Sebetulnya sih sah-sah aja, tidak ada larangan atau aturannya bagi seorang dokter untuk boleh atau tidak boleh mempelajari mengenai pengobatan alternatif ataupun tentang obat herbal, malah sebaliknya, bagiku, sebagai dokter kita harus mengetahui hal itu,” jelas Danar.

“Kenapa?”

“Nah jawabanku ini yang mungkin akan ditentang oleh sebagian dokter hehehe,” kekeh Danar lalu melanjutkan, “begini Din, aku percaya tubuh kita memiliki daya kekebalan tubuh sendiri, ia bisa mengobati tubuh kita sendiri. Semuanya tergantung gimana pikiran, pikiran mengendalikan tubuh, begitu bukan? Kalau pikiran bilang sakit, maka tubuh akan sakit, tapi kalau pikiran yakin tubuh sehat maka tubuh akan memproduksi sel-sel imun untuk mengobati tubuh yang sakit tersebut.”

“Itu seperti buku yang aku baca juga Mas, dasar pemikiran awal dalam pengobatan cina,” ujar Andini bersemangat. Ia merasa senang dengan diskusi ini.

Danar mengangguk, berkata, “Karena itu, aku selalu menyarankan pada pasien-pasienku yang sakitnya belum parah untuk tidak bergantung pada obat-obatan kimia hasil pabrikan dulu, mereka aku minta untuk menguatkan pikirannya dan aku memberikan resep obat-obatan tradisional atau herbal.”

“Apa itu tidak melanggar peraturan rumah sakit atau *Kodeki?” tanya Andini. *Kodeki = Kode Etik Kedokteran Indonesia.

“Sejauh aku bisa mempertanggungjawabkannya, aku pikir tidak masalah.”

“Kalau semua dokter seperti Mas, pabrik obat bangkrut dong.”

“Hahaha, ya itu tadi makanya aku bilang, ini pasti akan menjadi bahan pertentangan, kalau pabriknya sampai bangkrut, kayaknya ga mungkin sih Din,” geleng Danar, “tapi aku setuju, kalau kita di kedokteran atau seperti kamu di keperawatan, harus tahu juga mengenai hal-hal seperti ini … kamu, tertarik untuk mengetahui pengobatan herbal atau tradisional ini kenapa?”

“Simpel aja … karena aku melihat warisan obat tradisional atau herbal dari leluhur kita itu banyak, kenapa ga kita lestarikan dan kenapa ga, ilmu pengobatan tradisional itu kita kombinasikan dengan ilmu kesehatan modern yang kita miliki sekarang? Bisa jadi membuat sebuah pengobatan itu berjalan lebih murah, tidak memberatkan pasien dan rendah efek samping, kita sama-sama tahu ‘kan kalau obat herbal itu tidak memiliki efek samping yang signifikan?” jawab Andini.

Danar manggut-manggut, ia memuji jalan pikiran Andini.

“Aku punya mimpi, suatu saat nanti bisa memiliki klinik sehat atau rumah sehat yang sistim pengobatannya kombinasi seperti itu Mas … menggunakan obat herbal, pengobatan tradisional, juga dengan ilmu kesehatan modern … dengan begitu, biaya pengobatannya ga mahal dan aku bisa membantu banyak orang ga mampu yang sakit untuk berobat … ah tapi ini hanya ngawang-ngawang aja loh Mas,” kata Andini.

Lihat selengkapnya