“Pelatihan dasar mengenai penanganan luka yang diakibatkan berbagai akibat, sudah kalian terima dan kuasai dari sekolah kalian, seperti cara membersihkan luka, menjahit luka dan seterusnya, betul? Bagus, semua tekhnik itu akan menjadi dasar untuk mengikuti tahapan berikutnya,” urai Bu Ida dengan matanya menyapu ke seluruh ruangan di mana perawat-perawat magang termasuk Andini sedang memerhatikannya dengan serius. Mereka semua sedang dalam persiapan untuk mengikuti tindak operasi secara langsung dan Bu Ida sedang mem-brief mereka.
“Sekali lagi, ini bukan di sekolah, ini adalah rumah sakit, jadi tidak ada simulasi untuk tahapan berikutnya, artinya kalian akan dipilih bergantian untuk terjun langsung ikut dalam sebuah tindakan operasi. Saya yakin kalian semua sudah tahu apa saja yang harus dipersiapkan, segala prosedur sebelum operasi sesuai dengan fungsi tugas kalian, baik sebagai perawat administratif, anestesi, scrub atau asisten bedah … siapa diantara kalian di sini yang pernah ikut langsung dalam kamar operasi?” tanya Bu Ida.
Tidak ada satu pun perawat yang mengacungkan jarinya.
“Baiklah, sebagai gambaran simpelnya dalam persiapan sebuah operasi, selain kalian harus mendata dan menyiapkan pasien, menyiapkan segala keperluan pembedahan, menyiapkan instrumen steril hingga keperluan peralatan dan perlengkapan lainnya agar siap untuk dioperasionalkan, juga tidak kalah penting kalian pun harus menyiapkan mental kalian dan ketahanan fisik kalian sendiri, melakukan pembedahan lebih dari satu jam dengan berdiri bukan perkara main-main,” lanjut Bu Ida.
“Perawat yang berperan sebagai scrub, kalian tahu kan arti scrub?” tanya Bu Ida lalu diam sebentar menunggu jawaban. Andini mengacungkan jarinya. “Apa scrub itu Andini?” tanya Bu Ida. “Scrub adalah perawat yang mengelola dan mengatur instrumen operasi, seperti jika dokter membutuhkan gunting, maka diberi gunting, jika ingin menjahit diberi needle holder, benang, dan seterusnya hingga operasi selesai,” jawab Andini. “Bagus,” angguk Bu Ida.
“Sampai sini, ada yang mau ditanyakan?” seru Bu Ida seraya mengambil segelas air putih di atas meja, mereguknya untuk melancarkan dulu tenggorokannnya sebelum melanjutkan pembicaraannya lagi. Semua menggeleng.
“Baiklah, saya lanjutkan,” kata Bu Ida, “bagi perawat yang bertugas sebagai asisten bedah, tugasnya lain lagi, ia memiliki peran untuk melancarkan jalannya pembedahan. Ini biasanya dilakukan oleh perawat yang sudah berpengalaman dan memiliki jam terbang cukup dalam mendampingi dokter ahli selama melakukan operasi, karena ia harus bisa menguak lokasi pembedahan, sudah tahu apa yang harus dikerjakan, sehingga dokter mudah melakukan tindakan.”
“Selain itu, ada perawat yang akan menjalankan tugasnya di post operasi atau perawat anestesi, ia menjaga, mengkaji tanda-tanda vital pasien agar berjalan normal, sehingga tidak terjadi lonjakan detak jantung yang tiba-tiba atau bahkan detak jantung yang hilang, ia selalu memantau semua itu serta menjalankan asuhan keperawatan, agar operasi berjalan dalam kendali sesuai dengan yang direncanakan.”
Semua perawat magang itu manggut-manggut mengerti.
“Sekiranya itu gambaran mudahnya peran-peran kalian dalam ruang operasi nanti, jadi jangan dibayangkan seperti di sinetron-sinetron, bahwa peran perawat di ruang operasi itu hanya untuk mengelap keringat dokter doang … lah wong di dalam ruang operasi itu standarnya 18-20 derajat celcius, gimana mau keringetan, yang ada kedinginan …” ujar Bu Ida.