Epiphany - Cinta Atau Dendam

ken fauzy
Chapter #6

Sesuatu Telah Terjadi!

Melihat Dokter Wibisana dan perawat itu masuk tergesa ke kamar pemulihan, membuat ayah dan Andini bergegas menuju jendela kaca dengan wajah yang tegang. Andini melihat sang ibu sedang dikelilingi oleh Dokter Wibisana dan tiga perawat. Mereka sedang mengambil tindakan pada ibunya yang terlihat kejang dan gemetar hebat.

“A … apa yang terjadi Yah? Ibu … ibu kenapa?” bingung Andini dengan tatapan nanar pada sang ibu, jemarinya menempel pada kaca seakan ingin memeluk ibunya. “Ibu! Ibu!” Andini memanggil dengan mengetuk kacanya. Meski dalam kejang dan gemetar, sang ibu masih bisa menatap lembut putrinya yang dilihatnya memanggil-manggil dirinya dari balik kaca itu. Mata ibu berkaca-kaca, ia tetap tersenyum pada Andini, senyum yang memberikan kekuatan.

“Ibu kenapa Bu!?” teriak Andini tapi suaranya tidak bisa terdengar terhalang kaca tebal. Sang ibu menempelkan ujung jemarinya di bibir lalu mengirimkan kecupan jauh untuk Andini bersamaan dengan air matanya yang menetes.

“Bu! Kenapa---“

Andini tidak bisa melanjutkan kalimatnya karena tirai pada jendela kaca pembatas sudah ditarik oleh salah satu perawat membuat Andini dan ayahnya tidak bisa melihat lagi apa yang terjadi di dalam. Ayah segera berlari menuju pintu, mendorongnya tapi terkunci. “Sus … suster … halo suster!” ayah mengetuk- ngetuk pintunya. Setelah beberapa kali ketukan, baru pintu itu terbuka. Muncul seorang perawat.

“Sus, istri saya, apa yang terjadi dengan istri saya? Boleh saya masuk? Saya harus masuk Sus, tolong,” pinta ayah di ujung kecemasannya yang tinggi. Suster itu tersenyum, “Bapak tenang dulu, biarkan kami menanganinya, nanti Dokter yang akan menjelaskannya.” Pintu itu ditutup rapat kembali.

Ayah menyandarkan punggungnya pada dinding, wajahnya terlihat begitu gundah. Andini mencengkeram erat batang-batang bunga carnation itu dengan hati tak menentu. “Apa yang terjadi Yah?” gumam Andini. Ayah hanya menggeleng, ia pun tak mengerti. Ayah dan anak putrinya itu kembali lesu di ruang tunggu menunggu kabar.

Beberapa saat kemudian Dokter Wibisana keluar didampingi seorang perawat dan segera menemui ayah. Andini yang berdiri di pojokan bergegas mendekat. “Ada apa Dok?” tanya ayah cemas. “Kami harus segera mengoperasi ibu lagi,” jawab Dokter Wibisana. Andini kaget. “Apakah tidak berbahaya melakukan dua kali operasi dalam waktu yang berdekatan Dok?” tanya Andini. Dokter Wibisana menatap Andini, “Hanya itu harapan yang bisa kita lakukan.”

Ayah menggangguk lemah, ia sudah tidak tahu lagi harus bagaimana. Dokter Wibisana menepuk pelan bahu ayah untuk menguatkan dan akan kembali masuk tapi Andini memegang tangannya. “Dok, sebetulnya apa yang terjadi dengan ibu saya? Dokter belum menjelaskan apa pun kepada kami sejak ibu keluar dari operasi kemarin,” ucap Andini tegas. Dokter Wibisana menghela nafas, “Nanti akan ada penjelasannya, untuk saat ini, mohon menunggu dengan sabar dan berdoa.”

“Itu sudah kami lakukan setiap detiknya Dok! Saya tidak butuh diingatkan soal itu tapi saya butuh penjelasan medis!” teriak Andini yang sudah habis kesabaran. Dokter Wibisana tidak menggubris, ia masuk ruangan kembali dan perawat segera menutup pintunya. Andini mencoba mendorong pintu itu tapi ayahnya menarik Andini menjauh dari pintu itu. “Ni, tenang!” sentak ayah dengan menajamkan matanya, membuat Andini terdiam. Andini mendengus kesal, melepaskan cengkeraman ayahnya dan berjalan ke pojok ruang, menunggu lagi dengan seribu satu perasaan gelisah.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“Hey, dicari-cari ternyata lagi melamun di belakang sini,” senyum Danar pada Andini yang sedang duduk menghadap taman di teras belakang rumah sakit khusus staf rumah sakit. Andini menoleh, tersadar dari lamunannya. Danar menyerahkan segelas air mineral. Andini tersenyum tipis, “Terima kasih.”

“Aku yang harus berterima kasih Din, tadi operasinya berjalan lancar, hingga pasien masuk ruang pemulihan semua baik-baik, jadi terima kasih buat kamu,” puji Danar duduk di sebelah Andini. “Itu semua karena kerja tim yang baik Mas,” kata Andini.

Lihat selengkapnya