Episode

Perspektifat
Chapter #3

03

Acara MPLS nya sudah selesai. Tadi, setelah sesi mencari teman, di lanjutkan dengan materi-materi yang di sampaikan langsung oleh guru-guru disini. Ada penjelasan tentang sejarah sekolah ini, tentang aturan nya, tentang lingkungan hidup dan yang paling penting adalah rute sekolah jadi kita semua tahu dimana perpustakaan, kelas tiap angkatan dan banyak hal lagi.

Karena acara hari ini kondusif dan sangat tertata, acaranya benar-benar sudah selesai. Dan, di upacara penutupan ini sekalian di adakan peresmian siswa baru. Besok aku akan menjadi siswa SMA dengan hal-hal baru yang ada di dalamnya.


***


Aku melanjutkan perjalan pulang, pelan-pelan aku menjalankan sepedaku sambil menghafal arah jalan, melihat sekeliling dan melupakan penat setelah menjalani MPLS tadi di sekolah. Di depan jalan pentokan, aku harus belok kanan.

Tiba-tiba bola basket lewat di depanku dan aku hilang fokus, "eh, eh."

Sepedaku tidak bisa dikendalikan, akhirnya jatuh, "aduh!!!"

"Bisa-bisa nya ada bola basket lewat tanpa permisi."

Aku hendak bangun tapi kulihat ada sepasang kaki dengan sepatu berwarna merah yang merusak pandanganku.

"Maaf, maaf, itu tadi bola basket gue."

Aku belum melihat siapa seseorang itu.

Ia menjulurkan tangannya tepat di depan wajahku, "Lo, gapapa? Sini, gue bantu bangun."

Aku menerima tawarannya. Dan, setelah berdiri aku langsung membersihkan seluruh seragamku yang kotor ini.

"Bentar, bentar. Lo anak baru yang tadi 'kan?"

Anak baru? Aku mulai melihat siapa dia sebenarnya. Ya ampun, dia lagi? Padahal tadi aku sudah bilang kalau semenit dari kejadian tadi akan hilang namanya dari ingatan ku tapi ini malah orangnya yang muncul.

"Iya."

"Anak baru yang tadi di tegur kakak kelas gara-gara berteduh di bawah pohon yang gak terlalu tinggi, kayak orangnya?"

Ini lebih menyebalkan di banding kata-katanya saat kejadian di sekolah. Rese! Kenapa dia mengingatnya lagi?Di tambah meledek postur badanku pula. Aku tidak menjawabnya hanya menatap nya kesal.

"Lo gapapa?"

"Main basket di jalan, emang gak ada tempat lain apa?"

"Gue mau ke lapangan tempat latihan, dari pada bola basketnya gue bawa-bawa mending sambil gue mainin tapi malah kebablasan, dan akhirnya kena lo."

Tidak kuladeni ucapannya barusan, pasti itu hanya alasan yang dia buat-buat. Aku tidak begitu percaya.

Aku mengambil sepedaku yang dari tadi kuanggurin di atas aspal ini. Aku tidak peduli dengan dia, aku ingin cepat sampai rumah.

Ia menahan sepeda ku, "Lo mau kemana? Gamau gue anterin? Takutnya lo gakuat jalan."

"Gak perlu. Aku naik sepeda bukan jalan, dan satu lagi aku gak kenal kamu."

"Kamu? Bentar, bukannya lo panggil gue, kak, tadi di sekolah?"

"Disekolah? Iya, kamu kakak kelas ku 'kan? Disini kamu bukan siapa-siapa."

Lihat selengkapnya