Episode

Perspektifat
Chapter #4

04

Seharusnya pagi ini adalah perdana seorang Nara Pramudita menjadi anak SMA tapi nyatanya belum mendapat restu dari waktu. Tapi, benar juga kata Ibu kemarin mungkin aku harus banyak beradaptasi dengan Bandung dan itu juga yang aku inginkan.

Badanku sudah mulai membaik, aku di rumah sendirian karena Ibu pergi ke butik, sebelum Ibu berangkat ia menyiapkan semua yang aku butuhkan di atas meja makan. Ada roti coklat kesukaan ku yang di buat langsung oleh tangan Ibu sendiri, buah-buahan, sereal, dan banyak makanan lain di sini.

Daripada hanya diam, apalagi nantinya aku melamun dan akhirnya merasakan hal itu, lagi. Tidak, aku tidak mau. Ku ambil benda yang selalu aku gunakan dan selalu ku bawa kemana-mana. Hari ini bendanya ada di dalam ranselku.

Dua bulan yang lalu, aku selalu melakukan aktivitas ini, ku temukan ketika aku mulai merasa kesepian. Dua benda kesukaanku yang saling membutuhkan satu sama lain, sketchbook dan draw pen.

Orang bilang kalau seni bisa menciptakan keindahan makanya aku memilihnya sebagai teman ceritaku. Dan, dengan kedua benda itu aku bisa mendeskripsikan apa yang ada di dalam duniaku yang sama sekali aku tidak bisa ceritakan.

Di teras depan aku mencari objek yang ingin ku gambar.

"Jalan ini aja kali, ya?"

Ku mulai gambarnya, jalan yang sepi, sendirian seperti tidak ada orang yang mau melewatinya, dengan banyak pepohonan yang menutupi sinar mentar pagi, hanya itu.

Kalau di lihat faktanya, gambar dengan nyatanya lebih gelap hasil gambar ku. Tidak tahu kenapa, aku hanya menyalurkan dari apa yang kepalaku mau. Dan, memang aku hanya punya satu warna, warna hitam. Jangan bilang kalau hitam itu jelek. Karena dengan gelap terang yang dihasilkan dari hitam gambarnya jadi lebih indah menurutku, juga arti yang disampaikannya lebih terasa.

Ku rasa sudah cukup, menggambar dengan hati adalah aktivitas yang ringan dan akan cepat selesai. Aku tidak punya ide apapun untuk melakukan kegiatan lain.

"Balik ke kamar lagi, aja deh."

Sebelum ke kamar, karena aku sangat haus jadi aku mampir dulu ke meja makan. Aku lupa seharusnya selepas makan tadi aku minum obat dari dokter kemarin. Memang aku tidak apa-apa tapi aku di beri vitamin olehnya, apalagi Ibu juga minta ke dokter biar aku bisa cepat pulih. Aku turuti anjurannya.

Aku ingat sesuatu, "Kartu itu! Iya, aku harus cari kartunya."

"Tapi, dimana aku menyimpannya, ya?"

Lihat selengkapnya