Episode

Perspektifat
Chapter #5

05

Bel istirahat berbunyi, semua orang yang ada di dalam kelas langsung berbondong-bodong meninggalkan ruangan ini, kecuali aku.

"Mending, di kelas aja deh. Lagian aku tadi di bawain roti coklat sama Ibu."

Tempat dudukku berada di pojok kelas tapi tidak terlalu belakang.

Aku tidak begitu lapar, aku hanya menghabiskan satu dari dua roti yang ada di tempat makanku.

Yang kulakukan kali ini adalah menggambar, karena sekarang aku sedang merasa kesepian. Ku gerakan draw pen di atas lembar sketchbook yang ku biarkan sesukanya menorehkan tinta itu. Lama kelamaan gambarnya mulai muncul, di sana ada seorang wanita sendirian di dalam ruangan dengan cahaya yang hanya menyorotinya dan posisinya sedang duduk sambil kepalanya di hentakkan ke arah cahayanya tapi cahaya itu tidak menyakitinya.

Ketika aku sedang fokus dengan kegiatan ini, tiba-tiba seseorang datang.

"Kayaknya lo butuh temen?"

"Karena aku sendirian?" Tanyaku balik.

"Gue udah tau nama lo, sih. Sebelum bel istirahat pertama bunyi."

Aku menatapnya sinis. Tidak ku pedulikan ucapannya.

"Kalo di suruh memperkenalkan diri, tuh, bukan cuma maju terus kenalannya sama wali kelas lo doang, lo diem di tengah terus kasih tau siapa lo, gampang 'kan? Kayak lo belum pernah aja. Lo aneh!"

Aku mendengus dalam hati, "Segitu anehnya, ya?"

Yang dia ucapkan ada benarnya juga. Karena kemarin aku sempat tidak masuk sekolah dan aku satu-satu siswa di kelas ini yang belum mengumumkan siapa nama nya jadi aku harus maju ke depan untuk memperkenalkan diri. Tapi, aku takut. Jadi yang ku lakukan itu adalah salah satu pelarian ku. Pasti ketika aku berbicara semua sorot mata tertuju pada ku. Nantinya juga aku tidak bisa berbicara dengan jelas dan yang paling parah aku bisa merasakan hal menyakitkan itu lagi, pikiranku akan menjadi jahat, aku tahu itu.

"Bukannya lo dari Jakarta, ya?"

"Iya, kenapa?"

"Kok pake aku kamu, bukannya lo gue?"

"Aku kira aku harus beradaptasi dengan cara berbicara orang Bandung."

"Aku kamu, tuh, kaku banget kayaknya."

"Aku gak cukup akrab buat bilang lo gue di sini!"

Ia menjulurkan tangan kanannya tepat di depanku, "Aris Febrianto, gue kelas 11, anak basket dan kelas gue tepat di seberang kelas lo, 11 IPS 1. Makanya gue tahu nama lo waktu gue abis dari toilet dan lewat di depan kelas 10 MIPA 4 ini."

Aku lupa bilang, dia adalah orang yang membuat aku jatuh dari sepeda akibat bola basket yang dia bawa lalu ia mainkan sembarangan.

"Aku gak mau punya temen."

Ia mengambil sketchbook yang ada di atas mejaku lalu melihat bagian depannya, "Nara Pramudita. Yang penting gue tahu nama lo dan lo juga udah tau nama gue 'kan?"

Lihat selengkapnya