Sudah berjalan sekitar satu bulan aku bersekolah disini tapi aku masih saja sendiri, juga melakukan hal yang sama berulang kali. Setelah aku di antar oleh bang Ari malam itu, besoknya sampai sekarang aku tidak pernah berbicara dengan dia.
Setiap istirahat aku selalu di dalam kelas dan ketika pulang sekolah aku langsung pulang karena tidak ada lagi yang harus aku lakukan. Aku memang sedang menghindarinya entah kenapa seperti itu, aneh sekali padahal yang di cari sudah ada di depan mata.
Aku hanya takut kalau nantinya ketika aku tahu lebih tentang hal itu aku tidak siap makanya dari sekarang aku harus banyak mempersiapkan diri, tapi hari ini mungkin akan ku temui dia.
Di jam istirahat ini ku temuinya tepat di depan kelasnya.
Aku menyapanya duluan, "Bang Ari!"
"Nara? Kemana aja? Padahal kita satu sekolah tapi gak pernah bang Ari liat Nara."
"Bang Ari gak pernah cari Nara juga 'kan?"
Dengan botol air mineral yang ada di tangannya ia mencoba menawarkannya padaku tapi aku tidak mau jadi dia sendiri yang meminumnya.
"Bukan gitu, bang Ari tahu pasti Nara lagi menghindar 'kan? Ya udah bang Ari biarin aja, biar Nara tenang tapi kalau kelamaan juga bang Ari cari Nara. Tapi, Nara sebulan ini berangkat sekolah 'kan?"
Sudah ku duga pasti bang Ari paham tentang kondisiku, banyak ku taruh harap padanya.
"Nara sekolah tapi gak pernah keluar kelas, kalau pulang, ya, pulang."
"Capek, ya, Ra, kayak gitu?"
Pertanyaan bang Ari ini sangat membuat aku menjadi tidak karuan. Capek sekali memang, walaupun aku tidak pernah melakukan hal yang berat-berat juga aktivitas yang padat tapi kepalaku yang selalu bekerja berlebihan dan disitu letak capeknya.
"Permisi."
Seseorang menghampiri kita berdua, dengan rupa yang tidak asing yang sama sebulan tidak ku temuinya dan masih ku ingat kalimat terakhir yang ia ucapkan padaku "lo pasti butuh gue."
"Lo punya temen juga ternyata, gue kira..."
Bang Ari memotong ucapannya, "Lo kenal Nara, Ris?"
"Enggak."
"Eh gue tahu nama lo dan lo juga tahu nama gue 'kan?"
"Sama-sama tahu bukan kenal."