"Selamat."
Sebuah tangan terlihat tepat berada di depan wajahku ketika aku sedang menikmati suasana ini, menggambar dengan posisi duduk di teras dalam kelas tepatnya di bawah papan tulis.
Kata selamat itu pasti untuk penghargaan kemarin, salah aku menempatkan posisi ini sekarang, sudah tahu ada kakak kelas tengil yang kelasnya sejajar dengan kelasku, posisiku ini sangat terlihat jelas di depan kelasnya.
"Makasih."
Ia duduk di sebelahku, "Lo masih aja sendirian?"
"Masih aja tanya itu, penting banget emang?"
Ia mulai memalingkan pembicaraan, "Gambar lo keren, tapi gue gak pernah liat ada warna di setiap gambar lo. Warnain, dong, biar lebih hidup, jangan hitam terus yang ada di gambarnya."
Kalimat itu termasuk memuji atau menghina, ya?
"Aku suka kayak gini, lagian hitam juga warna 'kan?"
"Lo suka warna hitam, ya?"
"Kenapa?"
"Ra, dengerin, ya, hidup lo gak harus melulu soal hitam. Pantes aja gambar lo gak pernah lo warnain, sampe botol minum lo ini aja warna hitam, jangan-jangan itu bagian dari cerita hidup lo yang..."
Ku coba singkirkan semua benda yang ku bawa ke depan sini pasti, akan di bahas olehnya.
"Hitam segitu gak hidup nya, ya, di mata kamu? Kak, hitam juga bagian dari warna 'kan? Dan hitam juga hidup."
"Lo gak pernah suka warna lain apa? Jangan hitam gitu, cari warna lain biar lebih berwarna aja. Gue ngomong gini karena kadang setiap warna yang di miliki sama setiap orang, ya, itu kepribadian nya."