Episode

Perspektifat
Chapter #15

015

Jam sembilan malam, seharusnya aku sudah tidur. Aku sudah memakai piyama, sudah merapikan tempat tidur, tugas sekolah pun sudah selesai aku kerjakan. Aku tidak punya kegiatan lain lagi, sekarang. Lebih tepatnya aku belum mengantuk.

Aku mau keluar sebentar. Aku ingin jalan-jalan supaya mataku kelelahan dan bisa dengan cepat tidur tanpa dipaksa.

Aku keluar tanpa pamit karena Ibu sudah tidur. Aku juga hanya berjalan di area perumahan ku saja. Dengan memakai piyama juga dibantu sweater hitam untuk menghangatkan ku nanti, takutnya angin Bandung sedang dingin-dinginnya. Aku juga membawa botol minum pemberian Ibu dan dua alat gambarku.

Sudah banyak langkah kaki yang kutapaki di jalan perumahan ku ini. Sangat sepi tidak ada orang sama sekali kecuali motor yang hanya sesekali lewat. Untungnya banyak lampu jalanan yang di pasang disini.

"Taman?"

Aku berada di tempat yang baru saja aku temui, taman. Akhirnya aku pun memilihnya untuk menjadi singgahan ku. Taman ini tidak begitu besar, aku duduk di kursi berbahan semen berbentuk persegi panjang. Di sini juga banyak ditumbuhi tanaman rambat dan sedang berbunga, cantik sekali.

Ku buka sketchbook juga draw pen nya. Aku sudah membeli penanya jadi hari ini aku bisa menggambar.

Langitnya masih ku temukan warna hitam. Aku tidak tahu kenapa hari ini masih bisa terang padahal bulan dan bintangnya sedang tidak ada. Kemana mereka?

Aku menemukan objeknya, iya, langit malam. Ku mulai gambarnya, dan itu tidak begitu rumit. Yang rumit aku juga keadaanya. Beberapa menit setelahnya aku sudah selesai.

Aku lupa bilang biasanya setiap aku menyelesaikan gambarku apapun itu objeknya aku selalu menuliskan satu dua kata disana. Kata itu yang sedang aku rasakan.

"Gelap."

Itu yang aku tuliskan di gambar langit yang ada di sketchbook ku. Ku tuliskan di bagian tengah. Aku melakukan itu untuk menjadi bukti, suatu saat pasti aku akan merasakan kebahagiaan dan menghilangkan semua yang menyakitkan itu bukan? Dan, ketika aku membuka tiap lembar dalam gambarku dan membaca setiap katanya berarti di hari itu aku sudah berhasil melewati tiap kejadiannya.

"Tapi, aku tidak yakin. Bagaimana kalau aku akan terus seperti ini?"

Aku sendirian, tidak ada siapapun disini. Bahkan dimanapun aku berada dalam keadaan ramai pun aku pasti sendirian. Tapi, setiap malam aku selalu merasa punya teman, dia seperti aku atau aku yang seperti dia? Entahlah sama saja mungkin. Satu lagi, sendirian bukan berarti aku kesepian.

Aku menatap langitnya lagi,

Lihat selengkapnya