Episode

Perspektifat
Chapter #31

031

Aku diberi tiga menit untuk waktu tambahan. Tadi sempat ada kesalahan teknis dan mungkin bisa saja waktunya akan bertambah lagi.

Dengan waktu tambahan aku sedikit nya sudah mulai paham dengan kalimat yang tertera di kertas HVSnya. Aku harus membuat pembicaranya memberikan jawaban yang dapat mengungkapkan banyak informasi. Dari persiapan mereka untuk tampil, cara mereka untuk menarik anggota masuk ke dalam ekskulnya dan banyak lagi.

"Nara, kamu duduk disini."

Kak Ravi mengarahkan ku untuk duduk di samping kameramen dan sekertaris. Aku tepat berada di tengah-tengah. Lalu, di depanku sudah ada kursi untuk pembicaranya yang tidak lain adalah ketua ekstrakurikuler.

Karena ini sudah siang dan termasuk dalam sesi kedua. Ku lihat sudah banyak berkurang orang disini. Ternyata, untuk yang sudah selesai di wawancara boleh kembali ke kelas masing-masing setelah istirahat tadi.

Kata kak Ravi, aku hanya kebagian tiga untuk di wawancarai. Syukurlah! Walaupun, mau tiga atau pun satu orang, aku benar-benar tidak mau. Sama sekali tidak.

Kamera sudah dinyalakan, sekertaris sudah siap dengan pena juga papan dada yang sudah diisi oleh banyak kertas putih dan aku yang masih tidak karuan. Wawancara nya di buka pertama kali oleh ketua ekstrakurikuler futsal.

Aku melihat ke arah Kak Ravi untuk mengetahui aba-abanya. Tadi juga yang bilang kalau di depanku ini adalah ketua futsal juga dia.

Lamunanku dihentikan olehnya, "Ayo, Ra, mulai!"

"E-eh oke. Maaf soal tadi."

Aku tidak berani menatap setiap mata orang lain yang ada disini. Tapi, ku lihat di sebelah kiri ada manusia tengil itu, jadi dia belum dapat bagian wawancara juga? Dan, harus aku yang bertanya padanya?

Aku hilang fokus, kameramen di sebelahku tiba-tiba menyikutku pelan.

"Oke. Untuk yang pertama perkenalan dulu, nama kakak siapa?"

Entah apa yang aku katakan tadi, aku tidak peduli. Yang penting aku bisa mendapatkan jawaban yang sesuai dengan aspek nya nanti.

"Gue Radi."

"Oke kak Radi. Kak Radi ini ketua ekskul apa?"

"Futsal. Tadi 'kan ketua lo udah bilang waktu pembukaan!"

Kak Radi menoleh ke ketua ekskulku, "Vi, gimana, sih?! Anak baru, ya, ini? Perasaan tadi sesi pertama aman-aman aja. Gue bosen, udah dapet bagian sesi dua lagi. Yang lain enak udah selesai duluan, gue? Udah lama nunggu."

Ia menunjukkan jari telunjuknya tepat di depan wajahku, "Eh, lo, jangan buang-buang waktu gue."

Kak Ravi tiba-tiba sudah ada di belakang ku lalu berbisik, "Jangan malu-maluin!"

Tidak ku ku gubris atas kelakuan mereka. Kalau aku terlalu sensitif aku bisa menjadi aneh di depan banyak orang.

"Tahan, Ra! Tahan!"

"Kuat, Ra! Jangan dengerin! Lakuin apa yang harus kamu lakuin sekarang!"

Aku memastikan kedua orang yang ada di samping siap kembali. Ku mulai wawancaranya lagi.

Lihat selengkapnya