"Hallo?" Aris sedang menerima telepon dari seseorang.
"Iya, gue lagi sama Nara sekarang. Dia gapapa, kok."
Aku mencoba menerka siapa yang ada di balik suaranya. Tapi, tidak terlalu jelas ku dengar.
"Gue sama Nara di taman belakang sekolah."
"Oke."
"Siapa?"
"Bang Ari."
Bang Ari benar akan datang kesini? Aku tahu tepat di jam segini acara tadi pasti sudah selesai. Dan, tugasnya menjadi ketua pelaksana pun sudah beres. Tapi, kenapa dia menghampiri ku juga Aris disini?
"Nara gapapa?"
"Bang Ari tau?"
Kepalanya mengangguk. Tidak ku sangka. Bang Ari tahu masalahnya? Padahal dia tidak ada di tempat tadi, juga tidak melihat persis bagaimana kejadiannya.
"Tadi, rame banget disana. Bang Ari kira pada ngeributin soal waktu atau alat fasilitas gara-gara kesalahan teknis."
"Teknisnya yang salah dari ketua ekskul dia, bang!"
Mataku tertuju pada Aris yang langsung saja memotong pembicaraan ku dengan bang Ari.
"Hal itu dateng lagi? Sekarang gimana keadaan nya?"
"Udah tenang, sih. Soalnya disini sepi, banyak angin. Jadi, Nara bisa distraksi."
Aris mulai memotong pembicaraan nya lagi, "Distraksi? Haduh! Kemaren, gue dengernya anxiety, sekarang distraksi. Gue bingung. Lo kenapa, sih, sebenernya? Lo sakit?"
"Lo bisa gak, ngerti keadaan nya, Ris? Lo jangan penasaran. Nanti kalo saatnya lo harus tau, pasti lo tau, kok."
"Eh, bang. Lo baru dateng udah ngomong gitu. Lo gak tau, sih. Gue tadi udah ngertiin dia buat diem aja, nunggu dia tenang, nunggu nangisnya berhenti."
"Kan kamu yang minta." Aku menambahkan.
Bang Ari memintaku untuk menjelaskan semua kejadian yang kualami tadi. Tapi, aku tidak bisa. Aku melirik ke arah Aris. Ku harap dia mengerti maksud dari kode ini.
"Gue yang cerita? Oke."
Akhirnya dia mengerti juga. Ku dengarkan Aris menceritakan semuanya pada bang Ari, tak ku sangka Aris menceritakan sedetail mungkin. Padahal kalau nanti sampai dia bilang yang tidak pada situasinya akan ku benarkan.
Setelah cerita panjang lebar, dering telepon Aris bergetar. Lalu, dia bilang, ingin mengangkat telepon terlebih dulu dan menghentikan cerita nya barusan.
"Gue duluan, ya. Gue lupa gue belum interview, mana acaranya udah beres. Tapi, gue disuruh susulan di ruang kesiswaan. Titip Nara, ya, bang."