Aku memberikan senyum tulus ku padanya.
"Makasih bang Ari. Bang Ari selalu baik sama Nara. Bang Ari selalu ngertiin Nara dalam keadaan apapun."
"Itu udah kewajiban bang Ari, Ra." Tutur bang Ari lembut sambil mengambil badanku masuk ke dalam pelukannya.
"Makasih, bang Ari mau bikin surat pernyataan itu, makasih bang Ari udah bisa yakinin guru kesiswaan, makasih udah mau tetep jaga kondisi Nara dari siapapun tanpa pernah cerita apa-apa ke orang lain."
Bang Ari melepaskan pelukannya lalu membantuku untuk menghilangkan tetesan air mata ini.
"Ra, makasih nya terlalu banyak nanti bang Ari harus nyebut sama-sama nya berapa kali?"
"Udah sore, Ra. Mending sekarang pulang, takut dicari Bunar, lho."
***
Aku harus bilang tidak, ya, pada Ibu soal pernyataan ekstrakurikuler itu? Juga kejadian Minggu lalu.
Aku dan Ibu baru saja selesai makan. Dan, lebih baik aku bilang. Tapi, Ibu yang kemudian lebih dulu bertanya padaku.
"Nara kenapa?"
Aku menggeleng kan kepala dengan pasti.
"Nara inget janjinya 'kan? Apapun yang terjadi Nara harus bilang ke Ibu."
"Sebentar, Ibu tunggu dulu disini dulu, ya, Nara mau ambil sesuatu."
Aku ke kamar untuk mengambil surat pernyataan barusan dan langsung ku berikan pada Ibu.
Ibu membaca berulang kali, "Ini beneran? Emang Nara kenapa? Nara ada masalah atau buat kesalahan?"
"Yang buat surat pernyataan ini juga, siapa?"
Aku harus merapikan kata-katanya terlebih dahulu di dalam kepala sebelum kalimatnya keluar dari mulutku. Aku harus bisa meyakinkannya kalau anaknya ini tidak dalam masalah.
"Nara gapapa, kok, Bunar."
"Yang buat surat pernyataan nya bang Ari, dia 'kan ketua OSIS di sekolah Nara. Bang Ari yang bantu Nara, sih, Bu."
Aku terus menjelaskan dari tiap kejadian yang kualami dari Minggu lalu sampai hari ini.
"Nara kenapa di hari itu gak bilang? Pantes Rabu lalu Ibu lihat muka Nara kayak lagi nyimpen masalah sendirian. Ibu gak tanya takutnya itu hanya kecapekan karena Nara ikut acara dan jadi panitia nya."
"Iya waktu itu Nara capek jadi belum bisa cerita. Ibu gak marah 'kan sama Nara?"
"Ya, enggak dong Nara. Nara 'kan udah ceritain semuanya dengan jujur. Ibu percaya dan Ibu seneng berarti di sekolah ada dua orang yang bisa jagain Nara."
Sebentar, kenapa pembahasan Ibu jadi kesana, ya? Dua orang yang Ibu maksud ini juga siapa? Bang Ari?
"Kok, Ibu jadi bahas yang itu, sih, Bu. Lagian siapa yang jagain Nara? Terus dua orang lagi."
"Iya, satu bang Ari dan dua Aris. Iya 'kan? Kayaknya mereka baik banget sama Nara cuman cara nyampeinnya beda aja."
Enggak. Kalau soal bang Ari aku masih bisa percaya tapi Aris? Masa iya manusia tengil itu bisa menjagaku.