"Akhirnya lo buka pintunya juga. Lo baru bangun, ya? Dari tadi gue panggil-panggil lo gak nyahutin."
Kenapa tiba-tiba manusia tengil ini yang datang? Setelannya juga sama denganku, dia mau latihan, ya? Tapi, setelannya bukan baju basket yang selalu dipakainya, untuk apa dia datang kesini?
"Lo gak tanya gue mau ngapain kesini?"
Sudah, sudah kutanyakan di dalam hati sebelum kamu bilang. Aku masih aneh saja dengan tingkah nya dia yang selalu begini. Aku juga paham, pasti dia akan menjelaskan terlebih dulu sebelum aku tanya.
"Yuk lari! Pas banget lo udah siap."
"Jangan kepedean, lagian siapa yang mau lari?"
"Lo! Tinggal pake sepatu 'kan? Yaudah gue tungguin disini." Ia langsung duduk di bangku yang berada persis di halaman depan rumahku.
"Kak, aku gak bakalan lari. Lagian maksa banget jadi orang."
Dengan pedenya dia menjawab, "Atas perintah bang Ari gue harus temenin lo. Hari ini. Pagi ini."
Perintah bang Ari dia bilang? Dia bercanda?
"Harus banget, ya, pake nama bang Ari?"
"Emang iya. Gue tadi di telepon sama bang Ari buat temenin lo karena dia ada acara 'kan? Terus dia gak bisa tepatin janjinya sama lo hari ini, jadi gue diminta untuk gantiin dia. Paham anak keras kepala?"
Iya, sih. Tapi kenapa harus dia yang disuruh sama bang Ari? Bang Ari sedang kenapa tiba-tiba telepon Aris untuk datang ke rumahku dan jadi teman lariku pagi ini? Aku tahu, dia merasa tidak enak karena tidak menepati janjinya. Terus sebelum dia pamit juga ku dengar dia bilang kalau aku akan tetap lari pagi, jadi ini alasan nya? Karena dia sudah mengirimkan seseorang ini di hadapan ku sekarang berarti aku harus berangkat?
Ah! Bang Ari! Padahal nanti saja. Sudah aku sedang malas ditambah harus manusia tengil ini yang jadi teman lariku. Kalau sudah soal bang Ari tidak mungkin aku menolaknya, karena pasti bukan hanya dia yang kecewa dengan ku tapi juga pada Aris karena dia gagal melaksanakan perintahnya.
"Yaudah oke."
"Kalo bang Ari aja lo percaya."
"Yaudah gak jadi, nih."
"Eh, jadi-jadi. Yaudah lo pake sepatu dulu, keburu matahari panasnya muncul."
***
Aku dan Aris hanya berlari kecil di daerah perumahan ku saja. Karena memang Ibu hanya membolehkan ku untuk lari di sekitaran sini.
"Kenapa olahraga nya gak basket aja? Kan kamu ketua basket?"
Aku dan dia masih sama-sama berlari dengan langkah pendek, "Sama-sama olahraga 'kan? Lagian lari kayak gini cocok buat lo. Biar bisa keliling liat sekitar."
Aku tahu pasti itu bukan alasannya. Padahal yang bang Ari bilang juga melakukan kegiatan olahraga secara rutin berarti segala hal mengenai bentuk olahraga apapun pasti boleh 'kan?
Maksudku bertanya pada dia begitu karena bisa saja dia mengajakku untuk bermain basket 'kan? Dan tidak terlalu mengikuti saran bang Ari. Lagian lari pagi 'kan hanya pilihan.