Tidak ku lihat ada rasa lelah di wajahnya, berbeda denganku yang sudah lemas sampai duduk pun di lantai teras depan tanpa sadar. Ketika sampai langsung ku jatuhkan badanku yang basah kuyup ini disini.
Ibu tiba-tiba keluar, "Ya ampun Nara. Basah semua. Sebentar, Ibu ambil handuk dulu, ya."
Aris mengikuti ku yang duduk di lantai.
"Ayo ganti baju nanti masuk angin."
"Ini kaos buat Aris juga, yaudah masuk yuk! Dingin di luar."
Setelah ganti baju Ibu menyuruh ku juga Aris agar langsung ke meja makan.
Aku sudah lebih dulu di sini dan Aris masih berada di kamar mandi.
Aris sudah selesai dan berdiri tepat di sebelahku, "Gue minta maaf, ya. Gara-gara gue lo jadi kehujanan."
"Bukan salah kamu."
"Tapi, gue yang maksa lo buat pergi lari hari ini 'kan?"
Ibu datang membawa sayur sop yang sudah dimasaknya, "Sudah jangan berdebat terus. Ayo makan dulu. Dingin-dingin gini enak kalo makan sayur hangat apalagi kalian habis kehujanan."
"Maaf, ya, Bunar gara-gara Aris Nara jadi kehujanan begini."
Sifat memaksa nya tidak berubah, ya? Cara dia minta maaf juga sama padahal sudah ku bilang kalau itu bukan salahnya.
"Bukan salah kamu. Memang sekarang 'kan sudah masuk musim hujan. Lagian Nara nya juga sudah sampai rumah 'kan? Ya sudah makan dulu. Bunar mau ke ruang kerja sebentar."
"Bunar gak makan bareng sekalian?" Tanya Aris lagi.
"Bunar sudah sarapan. Jadi, kalian aja, ya. Yaudah Ibu tinggal dulu. Makan yang banyak."
Aku menyahuti, "Makasih Bunar."
Suasana kembali hening, tidak, hanya ada satu suara. Suara perut nya yang sudah terdengar memanggil untuk minta diisi secepatnya.
"Aku boleh tanya sesuatu?"
"Gue laper, Ra. Nanti aja kalo gue udah bisa mikir."
Dasar! Baru saja dia minta maaf bukan? Bisa-bisa dia sudah bilang begitu. Beberapa menit yang lalu aku pikir dia akan menjadi orang pendiam kalau perutnya kosong kelaparan. Nyatanya tidak.
Sayur sop hangat buatan Ibu sangat cocok sekali di makan saat hujan begini. Kehangatannya mulai terasa di badanku. Tidak akan ku biarkan ada yang tersisa di piringku.
Aris sudah lebih dulu menyelesaikan makanannya setelah itu dia diam. Oh, dia bisa diam kalau perutnya sudah kenyang, ya?
"Ra, lo tadi mau tanya apa ke gue? Lo udah selesai 'kan makannya?"
Aku mengiyakan, sambil ku rapikan piring-piring disini agar lebih terlihatĀ rapi.