"Nara, kok, mukanya pucat. Nara sakit?" Tanya Ibu khawatir.
Sepertinya sakitku ini tidak bisa ditutup-tutupi lagi. Padahal dari sore aku sudah mewanti-wanti wajahku agar terlihat baik-baik saja di depan Ibu.
Aku mencoba untuk jujur tapi tidak sepenuhnya, "Sedikit gak enak badan aja. Soalnya hari ini dingin banget 'kan, Bu? Terus tadi Nara lupa bawa sweater."
"Tuh 'kan suka lupa bawa sweater. Tadi pagi juga Ibu lihat Nara gak sarapan, ya?"
"Iya, soalnya Nara takut telat upacara, nanti kena hukum."
"Padahal sarapannya bisa dibawa untuk bekal. Nara udah minum vitamin?"
Oh iya, aku lupa. Pantas saja mukaku masih terlihat pucat di depan Ibu. Padahal sebelum aku masuk rumah aku sudah diingatkan oleh Aris untuk langsung minum obat dan segera istirahat.
Ibu membuatkan ku segelas teh manis hangat dan membawakan vitamin ke kamarku. Dan, kali ini aku harus tidur lebih awal karena kata Ibu itu salah satu cara untuk bisa lekas pulih.
***
"Nara, sarapannya jangan lupa! Ibu berangkat duluan, ya."
Ibu berjalan terburu-buru sedangkan aku masih sibuk dengan sepatu yang baru ku pasang sebelah.
"Iya, Bu. Hati-hati."
Badanku sudah mulai mendingan, tidak selemas kemarin. Tapi, kepalaku masih sedikit pusing. Mungkin dengan aku sarapan hari ini bisa meredakan rasa sakitnya. Di meja makan sudah Ibu sediakan apa saja yang bisa ku pilih untuk jadi menu sarapanku. Aku makan sebisa perutku menerimanya dan di akhiri dengan segelas air putih yang ku habiskan tanpa tersisa.
Sarapannya sudah ku laksanakan sesuai perintah orang-orang terdekat ku yang bilang kalau sarapan itu jangan di sepelekan.
Ibu melarang ku untuk naik sepeda hari ini. Karena pasti energiku tidak cukup kuat untuk mengayuh sepedanya. Jadi, dengan terpaksa aku harus pesan ojek online lagi dan semoga kali ini tidak membuatku menunggu lama.
"Eh, kok, kayak ada yang ketok pintu? Itu ojeknya? Padahal kan belum di pesen."
Aku mendengar klakson motor terlebih dulu sebelum ku dengar ketukan pintunya.
"Kak Aris? Ngapain pagi-pagi dateng kesini?"
"Jemput lo. Takutnya lo gak kuat bawa sepeda jadi gue kesini. Oh iya, Bunar mana?"