Episode

Perspektifat
Chapter #46

046

Di hari Minggu ini aku menjalankan rutinitas olahraga pagiku dengan tidak sendirian, Aris yang menemaniku. Kalau bang Ari, aku tahu pasti dia sedang sibuk dengan persiapan ujian masuk universitas nya nanti, jadi tidak ku ganggu waktunya.

Aris menjemputku menggunakan motor vespa yang selalu dibawanya. Kali ini dia akan mengajakku ke suasana lari pagi yang baru, di balai kota. Katanya daripada terus-menerus berkeliling perumahan, pasti bosan.

Sudah lewat jam sepuluh, setelah beberapa waktu mengelilingi balai kota, lari paginya selesai. Aris tidak langsung membawaku ke rumah, dia ingin mengajakku berkeliling Bandung dengan motor kesayangan nya itu. Ya, sesekali jalan-jalan pakai motor nya tidak masalah.

Kita sampai di salah satu coffe shop yang tidak jauh dari balai kota tadi. Aku tidak terlalu tahu soal kopi jadi biar dia yang memilihkan untukku yang penting kopinya manis dan dingin.

"Ra, kopi itu identik nya pahit. Lo kalo cari yang manis mending ke toko ice cream."

"Boleh, kalo ada."

Beberapa menit setelah dipesan, minuman nya sudah datang. Aku mencoba nya dengan perlahan, supaya aku bisa tahu letak dimana orang-orang bisa suka dengan kopi.

"Gimana?" Tanya Aris penasaran.

"Lumayan. Dan, emang bener kopi pahitnya masih kerasa."

Aku dan Aris memilih untuk duduk di bagian depan cafenya.

Karena kita masih merasa kepanasan setelah olahraga tadi.

Tepat di depan cafe nya Aris seperti sedang melihat ke arah seberang jalan. Spontan aku pun ikut melihat nya, "Kenapa?"

"Orang yang di sana kayak bang Ari."

"Bang Ari?"

"Iya. Liat postur badannya aja sama 'kan?"

"Mana?" Aku tidak terlalu jelas melihat sosok itu, disana ramai orang jadi laki-laki yang di sangka Aris itu bang Ari tidak berhasil ku lihat.

Sambil meneguk kopi dingin ini, ku lihat Aris masih sibuk dengan orang itu. Masih penasaran mungkin dengan dugaannya kalau itu memang bang Ari.

Seseorang yang dari tadi masih dilihat oleh Aris tiba-tiba keluar dari barisan antrean nya. Dengan langkah penuh wibawanya akhirnya aku tahu kalau itu memang bang Ari.

"Bener 'kan kata gue, Ra. Itu bang Ari. Eh, tapi ngapain, ya, dia?"

Aku saja tidak tahu sebelum nya kalau itu bang Ari, ini dia malah tanya aku.

Ku kira setelah bang Ari mampir dari toko alat tulis itu dia akan pergi. Ternyata bang Ari berjalan ke arah sini, apa dia tahu kalau ada kita dan tahu dari tadi Aris sudah melihat nya terus-menerus?

Lihat selengkapnya