Kelasku di pulangkan lebih sepuluh menit dari kelas yang lain. Di jam pelajaran terakhir ini yang mengajar adalah pak Dato. Ia memberitahukan siapa saja siswa yang selalu mendapat nilai matematika rendah.
Pada latihan ujian Minggu lalu banyak dari teman sekelasku gagal dalam mengerjakannya. Makanya pak Dato bertindak dan terus memberi arahan. Apalagi dia malu karena matematika adalah bagian tugasnya juga kelas ini adalah tanggung jawabnya. Dia tidak mau kalau sampai ada yang gagal lagi di ujian akhir semester nanti. Dan karena ini kelasku jadi terlambat pulang.
Aku keluar paling terakhir, juga pak Dato. Karena dia masih sibuk merapikan barang-barang di mejanya.
Seseorang melambaikan tangan dari luar. Itu Aris. Dan aku sudah tahu sebelum dia melakukan itu. Karena dari tadi dia sudah ada disana. Bahkan menunggu di depan kelas ketika pak Dato masih berbicara.
Pak Dato keluar lebih dulu dan bilang padaku untuk langsung pulang.
Aku menemui Aris yang masih saja menunggu ku, "Kenapa? Kan aku pulang pake sepeda, kamu gak punya tanggung jawab buat anter aku."
"Gue cuman mau mastiin lo aja."
"Kan aku bilang, gapapa. Yaudah pulang. Tadi, pak Dato juga nyuruh gitu."
Sambil berjalan ke arah parkirannya. Tiba-tiba Aris menanyakan sesuatu padaku yang bahkan tidak pernah kuduga sebelumnya.
"Ra, lomba lo gimana?"
Aku masih tidak paham dengan pertanyaan nya ini, "Lomba?"
"Iya, lomba gambar."
"Bentar, kamu tau soal ini?"
Aneh sekali, kenapa dia tahu soal lomba gambar itu? Padahal aku belum pernah cerita. Aku juga hanya bilang pada Ibu.
Aris tidak menjawabku. Dia terus berjalan sampai parkiran.
Tidak bisa kubiarkan! Kalau dia berani bilang begitu, mau tidak mau harus dia lanjutkan dan diselesaikan. Aku yakin, dia pasti tahu tentang hal ini, kejadian gambarku yang hilang dan tiba-tiba masuk sebagai bagian dari peserta lomba.
"Gue yang nemuin gambar lo." Ucapnya secara jelas.
"Dan kamu juga yang daftarin gambar itu ke lombanya?"
"Iya."
Aku tidak percaya. Ternyata yang melakukan itu adalah Aris. Aku juga tidak pernah menduga-duga siapa yang ada di balik kejadian ini. Karena Ibu sudah menahanku untuk tidak melakukannya.
Aku terdiam lagi. Mau bagaimana pun juga namaku sudah masuk dalam list peserta nya apalagi aku sudah tanda tangan di depan guru kesenian ku.
"Gue nemuin gambar itu di cafe lika liku waktu ngerayain ulang tahun lo."
Iya, aku ingat sekarang. Saat itu, ketika perayaan ulang tahun ku Aris sempat menahan gambar-gambar yang jatuh tidak beraturan dari sketchbook lamaku. Tapi, dia hanya memberiku satu gambar. Gambar yang berhasil membuatku cerita tentang masa lalu ku.
Dan berarti, gambar satu nya lagi berhasil ia simpan tanpa aku tahu?
"Kenapa gak kamu kasih ke aku?"