Episode

Perspektifat
Chapter #53

053

"Bang Ari!"

"Nara? Nara mau bicara lagi sama bang Ari? Bang Ari..."

Aku menunjukkan kartu yang pernah ia kasih tepat di depan wajahnya.

"Ini apa bang Ari?"

Mukanya kebingungan, masih belum mengerti dengan apa yang aku lakukan.

"Bang, jujur sama Nara! Bang Ari kenapa ngelakuin ini semua?"

"Nara, Nara jangan nangis. Bang Ari minta maaf soal kejadian kemarin yang..."

"Ini bukan soal kejadian kemarin. Ini soal kartunya. Kartu ini bang Ari yang buat?"

Ia diam seribu bahasa.

"Bang, Nara tanya sama bang Ari. Kartu ini dari siapa sebenarnya? Dan, apa ini untuk Nara?"

Aku terus memaksanya, "Jawab bang Ari! Nara butuh penjelasan!"

Aris tiba-tiba datang, "Kenapa, Ra?"

"Kamu tahu 'kan soal ini? Bilang sama aku maksud dari kartu ini apa?"

"Gue gak tau soal itu, Ra."

"Bohong!"

Aku melihat ke arah bang Ari dengan jelas, "Psikiater waktu itu gak bilang apa-apa 'kan, bang? Dia gak pernah kasih kartu apapun juga 'kan?"

"Iya. Nara, bang Ari..."

"Iya? Terus kartu ini dari bang Ari? Kenapa, bang? Kenapa harus bang Ari lakuin itu? Nara tau bang Ari paham tentang semuanya, tentang kesehatan mental. Tapi, kenapa? Kenapa bang Ari?"

Aris melerai lagi, karena hanya itu yang bisa dia lakukan sekarang.

"Udah, Ra. Lo harus denger dulu cerita yang sebenarnya dari bang Ari. Kalo lo terus kayak gitu, lo pasti gak ngerti maksud dia apa."

"Dan, kamu yang pernah ngerti rasanya jadi aku gimana 'kan? Dua tahun. Bukan waktu yang lama, kak."

"Ra, biar bang Ari jelasin ini semua dari awal, ya, Ra. Bang Ari khawatir sama Nara. Nara udah kayak adik bang Ari sendiri. Bang Ari gak mungkin punya maksud untuk nyakitin Nara."

"Gak mungkin gimana, bang? Coba bang Ari rasain dari waktu kita ketemu sampai sekarang? Sama kayak yang kak Aris bilang, emang nya Nara pernah baik-baik aja?"

"Bang Ari jawab itu sendiri!"

Aku langsung masuk ke kelas karena aku tidak mau berdebat lebih panjang lagi.

Lihat selengkapnya