Matanya terbuka. Ia melirik jam dinding kamarnya yang menunjukkan pukul satu dini hari. Gadis bernama Zara Anindya yang sering dipanggil Ara, bergerak mematikan musik yang masih menyala di ponselnya. Persentase baterainya menunjukkan 18%, entah sudah berapa lama ia tertidur hingga handphonenya sudah hampir sekarat.
Gadis itu berjalan lunglai, mengambil charger handphonenya yang berada di sisi kanan meja belajar dekat jendela. Dengan mata yang sedikit terpejam, tangannya mencoba meraba mencari colokan baterai, hingga tak sengaja menjatuhkan satu buku novel lalu ia biarkan saja, tanpa mengembalikan lagi ke atas meja.
Tanpa musik, seketika kamar Ara menjadi hening dan senyap. Yang terdengar hanyalah suara detak jarum jam yang tengah berjuang mengubah arah waktu dengan bantuan energi dari baterai di belakangnya.
Tiba-tiba Ara tersadar dan teringat akan dua kucingnya yang belum makan sejak sore tadi. Dengan perasaan terpaksa, Ara mendudukkan tubuhnya di kasur dan beranjak memberi makan mereka yang sudah terdengar mulai mengeong karena kelaparan. Ara menguap lebar-lebar seraya mengucak kedua matanya yang terasa sangat lengket dan sulit dibuka.
Setelah memberi makan Clover dan Jiyuu, kedua kucingnya, secara iseng Ara menyalakan televisi berukuran 55 inch yang menghadap langsung ke arah tempat tidurnya. Ia tahu sekali jika terbangun di tengah malam seperti ini, akan membuat dirinya sulit tertidur lagi. Apalagi saat ini ia hanya sendirian di rumah. Ayah dan bundanya sedang ada urusan pekerjaan di Semarang, sedangkan kakaknya, Medina tengah liburan ke Lombok bersama teman-temannya.