Episode : ?

Rarindra Sejati
Chapter #14

#7 | Episode : Buktikan!!!

Senyum yang dulu sempat hilang, kini kembali lagi dengan jiwa baru yang membara. Tak disangka lukanya perlahan mulai sembuh dan ia bisa lagi merangkai satu-satu perasaan yang pernah hancur dan membuat harinya lebih lega dan ikhlas untuk menerima kedukaan.

Bersamanya, lara semakin luruh, berganti aroma cinta yang semakin menguat.

Dua minggu setelah mengungkapkan rasa dari hati yang paling terdalam pada wanita yang berhasil membuatnya jatuh cinta kembali, ia mulai merancang acara pernikahan yang rencananya dibuat secara sederhana saja, sesuai permintaan Annisa.

Pagi ini usai Bahri mengurus kontrak perjanjian kiriman barang kepada perusahaan KP Group, ia sengaja menyempatkan waktu untuk mampir sebentar ke rumah Annisa, sebab ada beberapa berkas yang harus ia serahkan untuk keperluan pernikahannya.

Kala ingin melajukan mobilnya ke dalam rusun, pria berkaus abu-abu yang sudah bolong dibeberapa bagian tertentu, menghadangnya untuk turun dari mobil. Memori buruk kembali datang ketika laki-laki itu semakin mengetuk kencang pintu mobilnya. Dadanya tiba-tiba terasa sesak. Bahri berusaha mengatur napasnya sambil meneguk air mineral dalam tumbler yang ia siapkan dari rumah untuk diperjalanan. Bahri memundurkan sedikit mobilnya, agar tak menghalangi warga rusun lain yang ingin masuk ke dalam area rusun.

Dengan hati penuh kewaspadaan, Bahri menemui laki-laki itu. Pertama melihat wajahnya, Bahri sekilas mengenal laki-laki ini. Dia adalah Adil, mantan kekasih Annisa.

“Ada apa Mas?” ucap Bahri pura-pura tidak mengenal Adil.

Adil mengulurkan tangannya kepada Bahri. “Perkenalkan, saya Fadil Azhar biasa dipanggil Adil. Mantan pacar Annisa.” Bahri menerima uluran tangan pria itu.“Oh baik. Ada apa Mas Adil?”

Saat berjabat tangan, Adil sangat terkejut dengan tangan Bahri sangat lembut dan wangi khas mint yang membuat lelaki ini sangat berwibawa. Berbeda sekali dengan tangannya yang sangat kasar dan bau rokok. Terkadang Annisa marah dan menyuruhnya untuk mencuci tangan. Bahkan pernah sekali gadis itu membelikannya handwash yang sampai detik ini tak pernah ia pakai. Pantas saja Annisa lebih memilih lelaki ini daripada dirinya.

“Boleh kita berbicara sebentar saja. Tidak sampai lima menit.”

“Silakan Mas.”

“Saya hanya ingin mengucapkan selamat, karena akhirnya Annisa memilih anda. Saya sangat yakin, bersama anda Annisa akan semakin bahagia dan beban hidupnya akan hilang. Saya mohon tolong jaga Annisa, cintai selalu baik maupun buruknya. Jangan pernah ulangi kesalahan saya yang tak pernah benar-benar setulus dan secinta itu padanya.”

Bahri terdiam sejenak, meresapi kata-kata yang diucapkan Adil barusan. Kepalanya mengangguk pelan, sebentar merasakan menjadi Adil. Berusaha memahami perasaannya. Mencoba peka dan yakin bahwa sebenarnya Adil lelaki yang baik pula untuk Annisa.

Tangannya mengelus pelan pundak Adil, tak peduli baju pria ini sudah basah karena keringat bahkan sedikit mengeluarkan bau tak sedap. “Saya tahu, Mas Adil orang yang baik. Annisa sering cerita tentang Mas,” jujur pria itu, berbicara apa adanya.

Mata Adil terbelalak, terbuka lebar. Barusan yang diucapkan oleh Bahri apakah benar? “Maksudnya?”

“Ya, Annisa sering cerita tentang kamu ke saya. Dari awal perjumpaan kalian, kamu yang selalu ada untuknya, macam-macam. Jadi saya yakin, kamu adalah laki-laki yang baik, Adil. Kamu sudah memberikan senyuman setiap hari kepada Annisa. Kamu adalah bagian hidup Annisa yang tak pernah terlupakan.”

 Kemudian keduanya saling membagi senyum. Semoga saja selekas ini Adil dapat menemukan kedamaian dan ketenteraman hati selepas lega menitipkan wanita yang dicintainya kepada pria yang tepat.

“Saya tak peduli masa lalu Annisa seperti apa denganmu, sebab saya juga ada masa lalu yang tak pernah akan berlalu dari hati saya. Kami mengerti satu sama lain,” ucap Bahri sebelum keduanya berpisah.

Untuk pertama kali mereka berjumpa, dan ini juga yang terakhir kali pertemuannya.

 

******

Sebagian warga menganggap, jika ada salah satu penghuni rusun membuat acara hajatan, baik itu sunatan atau pernikahan, merupakan sebuah anugerah. Dalam satu hari penuh, mereka dapat makan enak, kenyang dan gratis, tanpa harus mengais rezeki dimana lagi untuk asupan hari ini.

Lihat selengkapnya