Episode : ?

Rarindra Sejati
Chapter #22

#4 | Episode : Semesta Pertamaku

Persiapan untuk tampil di acara internal perusahaan ATV Group hampir memakan waktu dua minggu lebih. Setiap hari, selesai berkuliah atau mengajar di rusun, Indah menyempatkan latihan di studio mini milik Shaka yang tak jauh dari rumahnya. Bukan sebuah studio yang besar sebenarnya, benar-benar sempit. Kontrakan kecil dengan biaya sewa lima ratus ribu rupiah, sekalian untuk Shaka tinggal. Omnya memodif kontrakan itu menjadi studio yang nyaman dan terpenting bisa digunakan oleh mereka yang ingin membuat konten. Ditambah lagi penduduk sekitar tidak ada yang merasa terganggu jika mereka sedang membuat konten yang pastinya akan menimbulkan suara-suara bising.

Indah ingin tampil memukau nanti. Ia tak mau tampil mengecewakan pihak ATV yang sudah mempercayakannya. Apalagi uang hasil dari pertunjukannya jumlahnya sangat besar. Lima belas juta ia bisa ajak kedua orangtuanya makan di restoran kelas kakap yang berada di PIK.

Gadis itu membaca setlist dari pihak penyelenggara yang berisikan delapan lagu. Setlist itu seluruhnya merupakan lagu-lagu lama yang beberapa agak asing di telinga gadis itu. Untuk itulah, ia harus mengulik terlebih dahulu lagu-lagu itu, dan memilih teknik-teknik yang tepat untuk dinyanyikan. Walau ia sering menggunakan teknik husky dalam nyanyiannya, namun dalam beberapa lagu tak semua teknik itu bisa digunakan.

Delapan lagunya terdiri dari lagu Cinta dan Aku Makin Cinta dari Vina Panduwinata, Semusim, Kala Surya Tenggelam beserta Merpati Putih oleh Chrisye, Kirana yang dinyanyikan oleh Dewa 19, Mawar Berduri dari Broery Marantika dan lagu terakhir yang hampir ada disetiap kesempatan perform di acara yang ­audience-nya kelahiran sebelum tahun 90-an yaitu Kemesraan dari Iwan Fals. Rasanya ingin sekali ia menyanyikan lagu ciptaannya sendiri, tetapi ia tidak berani membawakannya, karena merasa tidak percaya diri.

Untuk pakaian, untungnya disediakan oleh pihak penyelenggara. Jadinya ia tak perlu bersusah payah memikirkan tentang hal itu. Busana yang ia miliki mungkin tak ada yang cocok untuk digunakan dalam acara formal yang begitu bergengsi seperti ini.

Sempat terpikirkan, ia ingin meminjam koleksi gaun simpel Ara yang tipenya hampir sama dengannya. Tiga hari sebelum acara diadakan, ternyata Pak Alam, Yang Kung Ara juga diundang dalam acara itu. Pak Alam mengajak Ara dan Pak Sugeng untuk menggantikan Bu Soerini yang tidak bisa mendampingi.

Dua jam lalu, Indah sudah stand by di tempat ini. Tempat yang menjadi pengalaman buruk pertamanya, sekaligus mendekatkan dirinya dengan Ibu. Indah datang kemari diantar oleh ibunya, sebab ayahnya semalam tiba-tiba demam tinggi, karena beberapa akhir ini seringkali kehujanan. Sedangkan omnya, berangkat kesini menggunakan mobil pickup milik temannya, untuk membawa beberapa alat musik. Malam ini Indah akan tampil menyanyi menggunakan piano, dan Shaka membantu mengiringinya dengan gitar. Pada lagu Merpati Putih, Shaka akan mengiringinya dengan biola.

Setengah jam sebelumnya, tiba-tiba ia dikabarkan oleh panitia acara, bahwa lagu Cinta tidak perlu ia nyanyikan. Katanya lagu itu akan dinyanyikan oleh cucu Pak Johan Adiputra yang entah siapa namanya. Mendengar setlist lagunya dikurangi, hatinya sedikit lega. Ia jadinya bisa meminimalisir tenaga.

 

*****

Irama jantungnya berdetak tak karuan. Ia meremas tangannya sendiri, mencoba menghilangkan kegugupannya. Napasnya terasa lebih cepat dan keringat dingin mulai membasuh tubuhnya. Matanya melirik ke segala penjuru arah sambil sesekali menunduk untuk menjernihkan pikiran “Lo pasti bisa, Ndah,” tuturnya pada diri sendiri.

Shaka menyentuh lengan kanan Indah, membuat gadis itu terkejut bukan main. “Lo kenapa? Gugup?”

“Iyelah Om, pakai ditanya.”

“Halah. Lu nggak inget prinsip kita? Datang-tampil-pulang-lupakan.”

“Ya ini beda Om. Kita nggak pernah tampil di acara perusahaan gede kayak gini.”

Wanita bertubuh jangkung datang sambil membawa handie talkie. Tampak keruwetan dalam raut wajahnya. “Mbak Indah, Mas Shaka. Habis sambutan Pak Johan ya.” Indah dan Shaka kompak memberikan jempolnya.

Kemudian mereka berdiri di jalan masuk ke area panggung, menyaksikan sambutan dari Pak Johan. Kegugupan Indah membuat ia tak bisa menangkap apa yang dikatakan oleh pria paruh baya itu. Dalam pikirannya berkecamuk, khawatir performanya buruk malam ini.

Suara gemuruh tepuk tangan mengiringi kata penutup dari sambutan Pak Johan. Setelah koor acara tadi memberikan kode untuk memasuki area panggung, barulah ia berjalan berdampingan dengan Shaka. Sebelumnya mereka berbisik tipis, menyemangati satu sama lain. Sinar lampu menyorot tubuh mereka, membuat perasaan menjadi tidak karuan.

Di depan piano keluaran terbaru dari merk Yamaha, sorot mata Indah melihat Pak Johan yang turun dari panggung dibantu oleh salah satu petugas. Tak sengaja mereka saling menatap satu sama lain yang justru membuat Indah semakin canggung. Lelaki berwajah eropa itu mengedarkan senyum padanya, lalu gadis itu memberikan senyum balik kepadanya. Senyumnya yang begitu hangat, seperti merasakan ada perasaan lain saat menatap wajahnya. Seperti tak asing baginya.

Pada sesi ini, ia akan menyanyi dua lagu terlebih dahulu, sisanya akan dinyanyikan pada sela-sela break time dan seusai closing statement. Lagu pertama yang akan ia nyanyikan adalah lagu Merpati Putih yang diciptakan oleh Eros Djarot dan dipopulerkan oleh Chrisye, salah musisi favoritnya.

Gadis itu menghela napas panjang, lalu memasang ekspresi wajah serius. Jarinya mulai bergerak bermain di atas piano menghasilkan melodi yang indah. Indah melakukan sedikit aransemen, memasukkan elemen untuk mengindahkan lagu. Perlahan-lahan gesekan suara lembut biola yang Shaka gaungkan, berhasil menyatu dengan alunan piano Indah.

Mengering sudah bunga di pelukan

Merpati putih berarak pulang

Terbang menerjang badai

Tinggi di awan

Menghilang, di langit yang hitam

 

Selamat berpisah, kenangan bercinta

Sampai kapankah jadinya

Aku harus menunggu

Hari bahagia seperti dulu

 

Perasaan haru menyeruak di dada, mendengar suara magis dari cucu yang selama ini tak pernah ia kenal sebelumnya. Jiwanya yang terlalu rapuh, mendermakan perasaan rindu yang tak bisa ia jelaskan. Air mata seketika jatuh dengan deras di wajahnya, buru-buru ia usap agar tak ada seorangpun yang tahu. Air mata yang mengalir bukan hanya karena tenggelam dengan suara lembut gadis itu, tetapi ada perasaan ikatan dalam jiwa, yang tak bisa digambarkan oleh apapun.

Tak bisa ia pungkiri perasaan bersalah dan penyesalan atas apa yang selama ini sudah terjadi. Cinta yang dulu pernah hilang, kini datang dan tak ingin ia lepaskan. Rambut panjang hitam Indah, mengingatkan pada sosok Melissa muda yang persis seperti dirinya.

Mengapa dirinya begitu abai selama ini. Hatinya terasa remuk, ketika mendengar fakta yang disampaikan oleh pegawai suruhannya, untuk menyelidiki keluarga Melissa. Anak perempuan tercintanya bertahun-tahun hidup dengan kesederhanaan di sebuah rumah susun yang kumuh, berbanding terbalik dengan segala kemewahan yang ia tawarkan selama ini. Perasaannya teriris saat mengetahui, sejak SMA, Indah harus tampil dari satu panggung, ke panggung yang lain, untuk membantu ekonomi keluarganya.

Rasa kesal dan amarah ingin ia lampiaskan pada lelaki yang memisahkan ia dengan putri tercintanya. Mana janji yang pernah ia ucapkan saat pertama kali datang kehadapannya, akan memberikan kehidupan layak untuk anaknya. Benci ingin ia ungkapkan saat tahu cucunya mewarisi bakat musik lelaki yang tak pernah mau ia sebut namanya.

Tak ada seorang ayah yang dapat melupakan anaknya. Tetapi tidak pada dirinya. Hatinya mengeras seperti batu hingga lupa tak ada yang namanya mantan anak di dunia ini.

Kembali pria paruh baya itu menikmati penampilan memukau dari cucunya.

Bersama kasih kembali mesra

Bercumbu lagi memadu satu

Janji berjuta bintang

Dalam pelukan

Sehangat pagi yang terang

 

Lihat selengkapnya