Tangannya mengetuk-ngetuk keras pintu apartemen sahabatnya. Sesekali ia mengintip melalui lubang pintu, saat empat kali panggilannya tidak ada respon dari dalam. Perasaan khawatir menyeruak di sekujur tubuhnya.
Pagi seusai Subuh datang, Indah dikejutkan dengan sebuah video yang ramai menjadi FYP di Tiktok dan sampai detik ini, sudah ditonton hingga sepuluh juta viewers lebih, padahal baru diunggah berapa jam yang lalu. Video itu sudah mulai menyebar ke platform lain yang pasti jejak digitalnya akan sulit untuk dihapus.
Yang membuat dirinya panik, di dalam video itu, tergambar jelas wajah sahabatnya, yang selalu bertindak gegabah dan tak memikirkan bahwa yang ia lakukan bisa mengancam keselamatannya. Dahinya mengeras, benar-benar kesal dengan perilaku Ara.
Terdengar suara dari dalam, seperti ada yang siap membukakan pintu untuknya. Langkahnya seperti terseok-seok seperti orang yang baru bangun tidur. Tanpa aba-aba, Indah memberikan umpatan pada Ara yang masih setengah sadar.
“Lo goblok atau bego sih Ra?”
“Ada apa sih Ndah?!” Tanpa memasang wajah penuh dosa, Ara bisa-bisanya bertanya seperti itu sambil mengucak kedua bola matanya. Tak sadarkah, bahwa ia saat ini sedang membuat ribut satu kota, bahkan negara. Moga saja video ini tidak sampai ke tangan media luar. Bisa-bisa keadaan akan menjadi lebih buruk dari yang sebelumnya.
“Lo ngapain bikin video segala!!! Sadar nggak lo, udah bikin masalah semakin runyam!” Tegas Indah padanya.
“Video apa?”
“Video tugas lo itu!! Lo buka Tiktok lo sekarang! Buruan!!!” Suaranya meninggi, tak peduli jika tetangga yang menempati unit sebelah akan keluar, dan memasang wajah bertanya-tanya.
Ara menarik Indah masuk ke dalam, mengambil ponsel yang datanya ia matikan setelah mengunggah video itu. Indah berdiri di depannya menatap tajam kearahnya seolah siap untuk menerkam dan menghabisinya.
Alangkah terkejutnya gadis itu saat ponselnya aktif, ratusan bahkan ribuan notifikasi muncul menghujam telepon genggamnya. Sampai-sampai ponselnya itu kehilangan kendali, layarnya tidak bisa digerakkan.
“Ini beneran? Kok bisa sampe sebanyak ini viewersnya?”
“Lo mikirlah! Lo uploud video sesensitif gitu, bakal cepet buat viralnya walau akun lo baru. Apalagi Tiktok sosial media sejuta umat. Seharusnya lo bilang dulu ke gue!!!” Indah mencoba menenangkan diri. Sejenak ia mengambil napas, berusaha merendahkan suaranya.
“Sekarang gue minta, lo takedown videonya sekarang!”
Ara merasa kecewa. Mengapa sahabatnya tidak mendukung langkahnya. Padahal yang ia lakukan untuk membelanya. Sekarang justru dirinya yang diliputi emosi. “Ngapain di takedown? Dengan video ini, publik jadi tahu kalau ada yang janggal dengan kebakaran rusun!”
“Gue tahu niat lo itu baik. Tapi yang lo lakuin, bakal bahayain diri lo sendiri!”
Ara mengikat rambutnya, mencoba lebih tenang. Gadis itu bergerak menuju dapur, berniat membuatkan secangkir susu bubuk rasa vanilla untuk sahabatnya. Indah mengekori langkahnya. “Dari pertama Ara buat video itu, Ara sudah siap menanggung konsekuensinya.”
“Dari awal, kita nggak pernah tahu siapa yang kita lawan Ra! Jangan sampai video itu malah menjadi boomerang untuk lo nantinya.”
Ara berbalik menghadap tubuh sahabatnya. Dengan tegas, ia menggaungkan keberaniannya pada Indah. “Justru itu Ndah, kita nggak boleh kelihatan takut sama mereka. Mulut kita terlalu mahal untuk dibungkam!”
Indah bisa menebak respon sahabatnya. Terlalu naif.
Indah menarik napas panjang, mencoba berbicara dengan pelan dan lembut. Berusaha dari hati ke hati seperti saat dulu memiliki masalah dengan ibunya. Sahabatnya harus mengerti kecemasannya. “Gue cuma nggak mau apa yang menimpa gue, terjadi di lo Ra. Lo nggak lihat, sebegitu mulusnya rencana mereka buat menjebak Pak Pram. Harusnya lo lebih berhati-hati dan nggak asal ambil keputusan kayak gini. Mereka bisa aja ngelaporin lo atas tuduhan pencemaran nama baik!”