Variable : Variabel
Baik ekonomi mikro maupun makro, sama-sama punya variabel yang dapat mempengaruhi pertumbuhannya. Begitu pula hubungan antara dua manusia, Tindakan yang mereka lakukan (variabel), sering kali menumbuhkan rasa cinta. Sayangnya, variabel itu tidak pernah bisa diukur, dikendalikan, alih-alih disadari.
***
Telpon kedua Naufal. Hari ini. Apa gerangan isinya?
“Assalamualaikum dek”
“Waalaikumsalam bang, tumben nelpon?” tanya Savira, sambil bersusah payah merapikan kerudung, karena satu tangan lainnya terkena cat.
“Lo beneran nginep disana?”
“Iya bang, banyak yang harus diurus, kalau bolak-balik bisa ngabisin waktu.” Sejenak Savira ingin menggoda kakaknya “Kangen ya lo?” disertai cengirannya yang tentu tak bisa dilihat oleh Naufal.
“Dih.. sama sekali engga. Dunia gue tentram tanpa lo”
“Awas ya, nyariin gue kalau gue ilang.”
“Berapa hari lo disana?” akhirnya Naufal kembalipada topik ‘mengapa ia menelpon’.
“Tiga hari. Kan gue udah ngabarin lo juga bang.”
“Iye.. mastiin doang. Jangan pulang sendiri ya, tiga hari lagi bakal ada orang jemput lo. Orang spesial yang barusan hadir di hidup lo.”
“Siapa?” sergah Savira, tak suka dibikin penasaran.
“Ciyee.. penasaran”
“Bang..”
“Pokonya surprise banget. Lo harus siapin diri lo sebaik mungkin. wassalamualaikum”
Dan begitulah sambungan telepon itu diakhiri sepihak. Menyisakan tanya di benak Savira tentang seseorang yang akan ikut menjemput dirinya. Sungguh ini bukan adat dalam keluarga mereka. Adat yang sejak kecil ditanamkan sifat kemandirian. Termasuk berangkat dan pulang kampus sendiri. Siapa pula orang itu, sampai-sampai Savira harus memperbaiki dirinya? Ah, bodo amat, batinnya. Ia masih punya banyak pekerjaan yang harus difikirkan daripada penjemput misterius itu.
***
Rembulan perlahan melahap habis cahaya mentari. Hari yang cerah, berganti malam yang damai. Aktivitas perkuliahan telah berhenti, namun seluruh panitia dan peserta PREDIKSI justru memulai peperangannya. Ada yang masih sibuk dengan photoboothnya. Ada pula yang berkutat dengan daftar tamu beserta surat undangannya. Ada pula yang menyelesaikan dekorasi panggung dan jalan.
Anak teater sudah bersiap untuk fitting panggung, ketika tiba-tiba suara Arina menggegerkan lokasi PREDIKSI, tepat pukul 8 malam.
“Makan dulu guys.. Ngga ada jaminan kesehatan di anggaran kita.” begitu sahutnya, sontak mengundang gelak tawa seluruh manusia yang mendengarnya. Ia menurunkan bungkusan plastik merah besar dari pick up yang ditumpanginya. Ada sekitar 20 plastik yang masing-masingnya berisi 5 kotak nasi ayam. Kawanan mahasiswa dengan perut meronta tersebut lantas berbondong menolongnya. Menurunkan bungkusan lainnya.
“Rehan, turun ngga lo! Bantuin kita sini” ujar Arina ketus, sembari menepuk pintu sopir pick up. Disana bersemayam rekannya itu, Rehan.
“Males ah.. udah banyak juga yang bantuin. Lagian dari tadi gue belum istirahat nyetir seharian.”