Bearish : Cakaran Beruang
Bermain saham acap kali membuat kita berharap, agar harga saham selalu naik. Namun, ada kalanya harga itu turun tak sesuai harapan. Ekonom menyebutnya dengan istilah Bearish, karna beruang memiliki pola cakaran dari atas ke bawah. Begitupun dengan manusia, harapan boleh setinggi-tingginya. Tapi terkadang mereka lupa, bahwa kenyataan juga punya ijin untuk menjatuhkannya seredah-rendahnya.
***
“Wan, sound system bermasalah nih. Suara drumnya belum bisa masuk.” Teriak Rehan, memotong kalimat Awan. Tampaknya, makan malam kali ini telah selesai. Seluruh panitia kembali pada pekerjaannya, tak terkecuali Rehan yang alih profesi dari driver menjadi sound system. Namun haruskah ia memotong kalimat itu saat ini? Maki Awan dalam hati.
“Iya, bentar.” Teriak Awan.
“Ra, gue kesana dulu ya. Ini obat buat lo, buruan makan, terus minum obatnya. Serius, gue bisa handle persiapan malam ini. Semoga lo udah fit lagi besok pagi.”
Kejadian berikutnya berlalu cepat. Awan menarik lengan jaket Savira lalu menyodorkan bungkusan plastik yang ia bawa. Savira tentu tidak akan mengira bahwa plastik itu berisi obat untuknya. Ia memang sempat berfikir untuk membelinya, tapi tak sempat. Jangankan itu, mengira bahwa Awan tahu kondisinya saja tidak. Sepertinya Savira benar-benar keliru menilai Awan. Lelaki itu lantas dengan langkahnya yang sigap dan lebar meninggalkan Savira disana.
“Wawan” panggilnya pelan. Sosok itu kembali berpaling padanya. Menanti kalimat yang akan dikeluarkan gadis itu.
“Makasih.” Ya, akhir-akhir ini, kata itu yang paling sering diucapkannya untuk Awan. Untuk PREDIKSI yang ia selamatkan melalui Reza. Untuk buku Todaro yang ia pinjamkan. Untuk proposal skripsi yang ia bantu revisi. Untuk obat yang kini digenggamnya. Juga terimakasih untuk selalu mencoba mengerti setiap kesulitan yang dialami dan membantu dirinya. Dan seperti biasa, Awan hanya memberinya ibu jari, kemudian melambaikan tangannya dengan senyum yang masih tersungging manis dan tentunya lesung pipi yang permanen di sebelah kiri.
Kenapa rasa pusing yang ia rasakan mendadak berkurang ya? Padahal, obat saja belum diminumnya. Sedang jantungnya kini sedang bertalu tak karuan. Kalimat apa yang belum sukses dituntaskan Awan tadi?
***
Hari H PREDIKSI..
Iringan jingle acara PREDIKSI menyesakkan udara dengan melodi dinamisnya. Menyambut segenap tamu kehormatan yang ikut hadir memeriahkan acara akbar ini. Rehan, Galih, Arina, Andin, Bunga, Savira, dan Wawan tak henti-hentinya berotasi ke seluruh penjuru panggung. Mengecek Kembali kesiapan acara sebelum datangnya Rektor serta civitas akademika lainnya. Pujangga berbagai generasi datang membesarkan hati mahasiswa, hadirnya menyampaikan gelombang motivasi pada para penggantinya yang masih berstatus mahasiswa.
Ribuan mahasiswa bahkan universitas tetangga, turut hadir menyaksikan perhelatan akbar ini. Tak hanya menyaksikan, mereka datang untuk memperluas koneksi, menambah jawatan, dan mendulang ilmu yang tak terhingga dalam semalam suntuk ini. Pada malam hari ini, seluruh kerja keras panitia dan peserta akan mendapatkan bayarannya.
“Oke, acara pertama on stage. Acara kedua stand by belakang panggung!” Savira memberi komando melalui handy talkie (HT) yang digenggamnya. Andin dan Galih yang berjaga di belakang panggung serempak memberi instruksi peserta acara pertama untuk naik ke atas panggung. Sedangkan Bunga dan Rehan sibuk memobilisasi peserta acara kedua untuk mendekat dan stand by di belakang panggung.
Arina yang bertugas sebagai konsumsi tiba-tiba menjadi juru kunci jalannya acara. Savira berpesan, bila rektor sudah datang dan menerima bingkisan konsumsi, segera kabari lewat HT. Seketika itu pula senyumnya tak setulus sebelumnya, matanya awas mengawasi setiap tamu kehormatan yang datang, takut kalau ia melewatkan kedatangan rektor. Dipegangnya erat-erat HT yang sejak tadi tersimpan di sakunya, siap mengirimkan pesan bahwa rektor sudah tiba.
Bibir seluruh mahasiswa yang terlibat, tak henti-hentinya bergerak. Mengucap kalimat dzikir yang dapat menentramkan hati, akibat grogi yang memacu jantung berdetak lebih cepat.
“Slide, monitor!” kini Awan yang berada disisinya mulai mengambil alih komando.
“Slide masuk” ucap Gio, anggota junior DIKSI yang bertugas mengatur slide yang ditampilkan.
“Mulai putar trailer singkat PREDIKSI”
Tak lama kemudian, Gio mengatur trailer untuk tampil di slide. Woila! Trailer pertama itu dalam waktu singkat dapat mencuri perhatian pemirsa. Mereka tampak takjub atas perjalanan dan perjuangan panitia dalam menghadirkan acara semenakjubkan ini. Sorot lampu beam dan parlette melengkapi kemeriahan acara malam hari ini. Menyorot setiap pasang mata yang penuh dengan kilatan bahagia dan antusias.
Sosok yang paling berdebar-debar tentu saja Savira. Ia berjaga di depan panggung utama bersama Awan. Kanan dan kirinya penuh dengan hawa wibawa tamu kehormatan. Ia Kembali melirik kursi rektor, masih kosong.
“Arina, Monitor!”