Elasticity : Elastisitas
Menurut teori elastisitas, akan ada perubahan perilaku penjual dan pembeli, apabila ada perubahan dalam variabelnya. Nyatanya seperti itu juga manusia, akan ada perubahan perilaku, apabila ada yang berubah dari hubungan mereka.
***
Savira
“Ayah” panggil Naufal tiba-tiba. Savira yang kini duduk di sebelah Naufal, mulai curiga atas topik pembicaraan yang ingin diangkat Naufal kali ini. Ia memicingkan sebelah matanya.
“Iya?” jawab ayah yang kini berada dibelakang kemudi.
“Kayaknya Savira mau nikah sebelum Naufal deh”
Nah kan..
“Soalnya dia udah punya calon su..” belum khatam kalimat itu diutarakan, namun Savira sudah membungkam mulut Naufal dengan kedua telapak tangannya. Ia sudah tahu kemana arahnya. Pasti Naufal ingin membahas kejadian konyol tadi. Sayangnya, yang lain justru menyambut antusias.
“Calon suami?” tanya Bunda, menebak kata yang tak selesai diucapkan Naufal.
“Siapa Dek?” tanya Rosa berapi-api, masih dalam posisi menggendong adek bayi.
“Wawan, ya?” celetuk Bunda tiba-tiba dari kursi depan, teringat nama itu pernah disebut Savira.
“Awan, Bun.” teriak Naufal disela-sela bekapan mulutnya.
“Jangan-jangan cowok tadi ya?” kini ayah semangat berpartisipasi.
“Iya.” jawab Naufal lagi, setelah berhasil melepas bekapan mulutnya.
Ini gak ada yang mau culik gue? Ikhlas gue kalo diculik sekarang mah..
“Oke sih kayaknya. Ayah setuju.” Ujar ayah sambil mengedipkan mata pada Bunda.
“Hah?” Savira spontan membulatkan mulutnya.
“Bunda juga setuju.” Kini Savira membulatkan matanya juga, tak percaya orang tuanya mudah sekali menyetujui seseorang menjadi calon suami anaknya.
“Gue engga setuju.” Kini Rosa angkat suara. Merasa didukung, Savira akhirnya dapat menghela nafas, seulas senyum menghiasi wajahnya.
“Kenapa kak? Gak asik banget sih lo, ayah bunda aja setuju.” Protes Naufal.
“Gue engga setuju kalo engga secepatnya.” Ucap Rosa lantang disusul tawanya.
“Mantapppp.” Mobil itupun riuh dengan tawa keluarga dan tepuk tangan untuk Savira.
Andin, jangan harap lo bisa selamat lahir batin kalo ketemu gue! ancam Savira dalam hati. Sungguh saran yang diberikan Andin, justru membuat hidupnya jungkir balik.
Savira melirik bayi yang digendong Rosa, ide bagus. “Ih.. tante belum kenalan sama adek bayi.”
“Dasar, mengalihkan pembicaraan kan lo.” cecar Naufal.
“Cewek atau cowok ini kak?”
“Cowok.” jawab Rosa.
“Padahal pas USG cewek ya, kak?” tanya Savira sambil mencolek hidung bayi itu.
“Iya nih.”
“Namanya siapa kak?” tanya Savira lagi.
“Namanya Awan.” bisik Naufal.
“Abang!!!” mobil itupun kembali riuh seperti sebelumnya.
***
Darell
Sementara itu, Darell yang tak pernah setuju dengan perjodohan, menanggapi usaha orang tuanya dengan acuh. Rombongan mereka kini menepi pada cafe milik Reza. Mengisi perut sebelum melanjutkan perjalanan kembali.
“Ibu, ada berapa stok cowok yang mau ibu jodohin ke Darell? Sepertinya ga habis-habis?” tanya Darell, saat Bapak dan Reza sedang pergi memesan makanan.
“Selama kamu belum ‘iya’, ibu akan selalu punya stok nduk.”