Lead
Dalam suatu promosi bisnis, biasanya ada seorang pelanggan yang telah memiliki minat awal pada produk kita. Pelanggan tersebut disebut lead, ia memiliki potensi besar untuk membeli produk kita. Kalau beruntung, Perusahaan tersebut tak hanya mempunyai pelanggan, tapi juga loyalitasnya. Dalam hubungan manusia, hal semacam ini sering terjadi antara dua orang sahabat. Atau bisa juga terjadi, pada cinta pandangan pertama.
***
Setelah menelpon beberapa saat. Savira kembali menuju Naufal. Rupanya ia masih di balkon.
“Bang, anterin aku yuk! Kan aku ga ada motor disini.”
“Kemana?”
“Somewhere. Deket kok.”
Melihat Naufal yang sepertinya ogah, Savira berinisiatif menarik lengannya. “Ayooo.” Dan begitulah Naufal pasrah menjadi supir Savira. Tanpa menyebutkan alamat, Savira mengarahkan Naufal menujut empat yang ia inginkan.
“Itu pertigaan belok kanan, Bang.”
“Mau kemana sih lo?”
“Somewhere, dibilang..”
“Ya ngapain?”
“Ih kepo, kayak dora.”
“Gue turunin sini ya?”
Savira melihat sekelilingnya, jembatan flyover. Mustahil menemukan BRT disini. “Eh, jangan. Mau ketemu seseorang.”
“Hm.. Awan ya?”
“Dih, engga.”
“Terus?”
“Darell.”
Bukk! Kepala Savira membentur dashboard dengan cukup keras, akibat Naufal berhenti mendadak.
“Bang, lo gila ya?! Kita di tengah jalan.” Ujar Savira sambil mengusap dahinya yang terbentur.
“Kenapa lo ngga bilang dari awal?”
“Ya apa bedanya gue ketemu sama siapa?”
Naufal hanya terdiam. Kalau orang itu adalah Darell, tentu Naufal belum siap. Belum siap untuk melepas gadis yang ia suka, untuk sahabat yang ia sayang.
“Bang, jangan bilang..”
Kini Naufal menoleh, secepat itukah perasaannya ketahuan oleh Savira?
“Lo punya utang ya, sama Darell? Ngaku ngga lo!” hampir saja ketahuan. Mendengar pertanyaan Savira, Naufal hanya terdiam.
“Ih diem aja, beneran punya utang ya lo?”
“Turun sekarang!”
“Turun? Ga ada bus yang lewat sini, Bang!”