Joint Venture
Manusia adalah makhluk sosial, ia tak dapat berdiri sendiri. Dalam usaha melakukan berbagai hal, ia harus bergabung dengan manusia lainnya dan bekerjasama. Dalam ekonomi, suatu bisnis yang saling bekerjasama untuk satu tujuan disebut joint venture.
***
“Lo tahu kisahnya Salman al-Farisi? Salah satu sahabat Nabi SAW.”
“Lupa yang mana.”
“Haduh, yang kasih ide buat bikin parit ketika perang Khandaq!”
“Oh..” Savira mengernyitkan dahi “Hah? Lo mau bikin parit di sekitar rumah lo?”
“Ra, lo kejedot apasih?! Ya engga lah..”
“Lo bilang, beliau yang kasih ide buat bikin parit ketika perang khandaq. Gue kira lo mau ngikutin.”
“Dengerin gue. Dulu, Salman al-Farisi itu mau melamar seorang perempuan, tapi dengan bantuan sahabat yang lain. Nah sahabat itu adalah Abu Darda. Tapi jawaban perempuan itu bikin kaget semua orang.”
“Apa?”
“Katanya dia akan menjawab iya, seandainya Abu Darda juga memiliki maksud yang sama dengan Salman al-Farisi.”
“Hahh” Savira menutup mulutnya. “Jahat sih. Bisa rusak dong pertemanan mereka.”
“Nah itu dia kerennya. Salman al-Farisi ngga marah sama sekali. Dia justru mendukung Abu Darda, dengan memberikan mahar yang sudah ia siapkan untuk perempuan tersebut.”
“Gila.. mana ada cowok kayak gitu jaman sekarang.”
“Ra, yang namanya sejarah pasti terulang.”
“Bentar, jadi maksud lo?” tanya Savira. Darell mengangguk mantap.
“Gue akan jadi perempuan itu. Kak Reza jadi Salman al-Farisi, dan kak Naufal jadi Abu Darda’.”
“Lo pikir kita mau bikin film? Lo jadi siapa, Kak Reza jadi siapa, Bang Nopal jadi siapa. Darell, hidup ini gak sesimple itu.”
“Katanya lo mau bantuin gue.” Tanya Darell dengan muka memelas. Savira hanya menghela nafas.
“Ya udah, terus lo maunya gimana?”
“Gue mau lo bawa kak Naufal, waktu gue lamaran.”
***
Gimana mau bawa Bang Nopal? Denger nama Darell aja udah takut ditagih utang. Batin Savira saat perjalanan menuju kampus. Minggu ini adalah minggu laporan. Anggota DIKSI harus melaporkan kegiatan seminar hingga PREDIKSI.
“Assalamualaikum” ujar Savira lesu, sembari membuka pintu ruangan DIKSI.
“Ra, kebetulan banget. Tadi gue sempet janjian sama kak Reza buat lunasin tagihan merchandise kita. Tapi gue ada kelas mendadak. Gue titip sama elo, ya?” Kata Galih terburu-buru, hingga tak sempat menjawab salam. Ia menyodorkan sebuah amplop besar berisi uang. Heran, kenapa ga transfer aja sih? batin Savira.
“Dimana janjiannya? Kapan?”
“Nanti gue chat lo, oke? Gue duluan ya, udah mau telat banget nih.”
“Tapi.. Gal..” Savira memutar tubuhnya ke arah pintu. Mengikuti arah kepergian Galih. Sebenarnya apalagi yang akan disiapkan semesta untuknya? Mengapa ia harus kembali bertemu dengan Reza? Apakah semesta ingin menempatkannya pada posisi Salman al-Farisi?