Recession III
Mungkin jika ini terjadi di dunia nyata, pemerintah sudah uring-uringan. Siapa yang mau terus merugi dalam 3 kuartal berturut-turut? Bisa jadi makzul sebelum masa jabatan habis. Tapi, jika Resesi adalah masa gelap dan masa sedih dalam hidup manusia, itu bisa saja terjadi. Bahkan banyak manusia yang terpuruk bertahun-tahun, tanpa tahu bagaimana caranya untuk bangkit.
***
“Seserahan untuk siapa Bun?” tanya Savira tak sabar sesampainya ia di rumah.
Belum sempat bunda menjawab, Naufal sudah siap dengan kunci mobilnya. “Udah, ngga usah banyak tanya, ntar juga tahu”
Mendengar jawaban Naufal, fikiran Savira tiba-tiba berkelana pada kejadian beberapa minggu lalu. Saat ibunda Reza sendiri tiba-tiba mengatakan bahwa dirinya cocok menjadi menantunya. Seserahan ini bukan untuknya kan? Tanyanya pada diri sendiri.
“Ayo Dik” ajak bunda, dan Savira hanya berjalan lemas membuntutinya. Tak bisakah mereka semua menjelaskan perihal ini sesimple mungkin?
***
Sesampainya di pusat pembelanjaan, badan Savira terhuyung mengikuti kemauan Bunda dan Naufal. Ia diminta mencoba dan memilih segala hal yang berhubungan dengan seserahan, mulai dari cincin, sepatu, make up, hingga baju dinas.
“Bun, ini siapa si sebenernya yang mau nikah?”
“Gue” ujar Naufal enteng.
Savira berjalan mendekati Naufal, “Ha?! Elo bang? Sama siapa?” tanyanya tak percaya.
“Darell, Dek” kini gliran bunda yang angkat bicara.
“Ha?! Darell?” tiba-tiba kaki Savira tak punya tenaga untuk menopang tubuhnya yang begitu terkejut. Beruntung Naufal dengan sigap menangkapnya. Ia mendudukkan Savira di tempat duduk yang ada di toko tersebut. Adiknya itu terlihat lemas tanpa tenaga.
Savira melambaikan tangannya pada Naufal, isyarat untuk memintanya duduk di sebelahnya. Setelah Naufal mengikuti perintahnya untuk duduk di sebelah Savira, masih dengan badan yang lemas, ia memegang wajah Naufal, lehernya, perutnya, hingga pinggulnya. Sedangkan Naufal memasang muka penuh tanda tanya atas kelakuan adeknya itu “Lo ngapain si? Geli tau!”. Tak lama kemudian Savira bertanya, “Lo ngga pake susuk kan Bang?”
“Gila ya lo?!” ujar Naufal, spontan ia berdiri menjauhi Savira. Tak faham lagi dengan isi pikiran adeknya yang katanya ketua DIKSI itu. Sementara bunda hanya terkekeh mendengar pertanyaan Savira.
“Iya iya, gue tau. Sini Bang duduk lagi.” Kata Savira berikutnya. Ia meminta Naufal untuk duduk memunggunginya. “Kenapa lagi sih?”
“Udah sini cepetan..”
“Awas ya lo aneh-aneh” Naufal mengingatkan. Savira hanya membalas Naufal dengan sebuah anggukan. Sementara Naufal begitu was-was atas apa yang akan Savira lakukan padanya.
Savira menangkupkan telapak tangannya pada punggung Naufal. Ia mulai mengusapnya perlahan dari punggung bawah ke atas. Ia melakukannya beberapa kali.
“Bun, dia kenapa?” Naufal seperti memohon pertolongan pada Bunda, sedangkan Bunda hanya menggidikkan bahu. Penasaran juga dengan apa yang dilakukan Savira selanjutnya.
“Dek, lo kenapa deh?” Naufal mulai panik. Para pegawai toko mulai menggunjingkan mereka. Mungkin mereka baru berjumpa pelanggan semenakjubkan Savira.
“Gue nonton di channel youtube-nya ust Faizar kayak gini Bang caranya.”
“Cara apa dek?”
“Ruqyah Bang.”