SUARA BEL YANG BERDERING mendadak membuyarkan lamunan Sakilla. Gadis itu terperanjat saat semua murid di kelas 11 IPA 1 sudah bersiap meninggalkan ruangan berdominan putih tersebut.
Sakilla ikut-ikutan berdiri, memasukkan satu persatu buku yang berserakan di atas meja ke dalam totebag nya yang berwarna lilac.
Sampai aksi beres-beresnya itu pun disela oleh kehadiran Gretta dan Tya. Gretta lantas duduk di depan Sakilla kemudian menyapanya, "Hei, Killa. Tadi lo kenapa, sih? Kaya ngelamun gitu. Iya, 'kan, Ty?"
Tya yang ditatap oleh Gretta pun segera mengangguk mengiyakan. Ia bersedekap dan mengangkat kedua bahunya dengan cepat. "Ada yang lagi lo pikirin ya?"
"Enggak, kok," bantah Sakilla.
"Apa kakak kembar lo itu nyebelin lagi?" tanya Gretta lagi.
Namun Sakilla hanya tersenyum miring sembari memasukkan bukunya yang terakhir ke dalam tas. "Dia setiap detik juga nyebelin kali, ah. Yuk, ah!"
Melihat Sakilla melewatinya dan berjalan lebih dahulu, Gretta serta Tya pun segera menyusul. Mereka lantas berjalan beriringan meninggalkan kelas. Karena ketiganya merupakan anggota ekskul yang sama, cukup mudah bagi mereka untuk memiliki obrolan yang menyenangkan.
Sesekali mereka membicarakan jadwal latihan yang baru, kadang-kadang mereka bicara soal pemilihan ketua cheers berikutnya dan seringnya ... mereka membahas soal laki-laki tampan di lingkaran mereka.
"Eh, katanya Fabian bakal ikut kumpul loh di tongkrongan hari ini," cetus Gretta antusias. Ia kemudian menyenggol lengan Sakilla yang berjalan di sisi kanannya. "Pasti dia mau ketemu sama lo, tuh, La."
Semu merah jambu mendadak muncul di kedua pipi Sakilla. Ia lantas mengembangkan senyum dan melihat Gretta dan Tya bergantian. "Apasih kalian."
"Cie cie," timpal Tya.
Sejujurnya, Sakilla memang tidak bisa menahan perasaan itu. Perasaan senang karena ternyata seorang Fabian, sang ketua basket paling popular seantero GIS, tiba-tiba saja mendekatinya. Lagipula, siapa sih yang bisa menolak wajah tampan dan tubuh kotak-kotaknya itu? Sakilla jelas akan dianggap sebagai gadis paling beruntung jika berhasil akrab dengan laki-laki berwajah bule itu.
Perjalanan mereka terhenti setelah beberapa meja dan kursi menyambut. Kafetaria, paling sudut, adalah tempat 'nongkrong'nya anak-anak hits. Katanya sih begitu. Karena memang yang bisa duduk di meja ini adalah anak-anak dari ekskul cheers dan basket saja. Kebetulan, kebanyakan dari anggota kedua kegiatan tambahan ini memang memiliki wajah yang rupawan dan kekayaan yang mumpuni, itulah sebabnya mengapa limgkaran pertemanan mereka sangat terbatas dan ekslusif.
"Wah, lo beneran ikut kumpul nih, Fab. Pasti karena mau ketemu Sakilla, ya?"
Fabian membalas godaan kecil yang dilemparkan oleh Gretta dengan senyuman tipis. Ia lantas mengangguk dan menatap mata Sakilla lurus-lurus.
Yang tentu saja hal itu membuat Sakilla semakin salah tingkah. Ia menyibak rambutnya ke belakang ketika bertemu pandang dengan Fabian. Dan tatapan matanya yang begitu intens, jelas membuat jantung Sakilla berdegup lebih cepat dari biasanya.
Gretta berjalan mendekati pacarnya yang juga anak basket, Alan. Sedangkan Tya bergabung dengan dua anggota cheers lain. Mereka tampak asik dan sibuk sendiri sampai tidak sadar bahwa diam-diam Fabian bergerak menghampiri Sakilla yang masih berdiri sendirian di tempatnya.