SUARA KAKI YANG BERADU dengan samsak mendadak memenuhi telinga Serra dan Marcello begitu mereka tiba di ruang latihan. Aula sekolah yang luas memang sering digunakan untuk kegiatan-kegiatan tambahan seperti ekstrakurikuler dan salah satu ekskul yang biasa memanfaatkan tempat ini adalah ekskul karate.
Terutama di masa-masa persiapan untuk pertandingan seperti saat ini, Marcello menjadi lebih sering izin kepada guru pengawas untuk dapat meminjam aula sebagai tempat latihan mereka. Beruntung, prestasi dan rekam jejak para anggota karate yang baik membuat Marcello menjadi lebih mudah mendapatkan hak pakai ruangan tersebut.
"Kenapa nggak ada cewek yang lanjut ya ke pertandingan?"
Serra meletakkan ransel serta tas jinjing yang berisi pakaian ganti ke dalam loker saat Marcello sudah lebih dahulu memeluk pakaian gantinya. Laki-laki itu lantas menggumam dan mengedikkan kedua bahunya cepat. "Mungkin karena nggak ada yang setangguh lo, Ser."
Serra mengernyitkan kening, sempat bingung harus bereaksi seperti apa ketika Marcello mengatakannya. Ia tidak yakin apakah Marcello bermaksud memujinya atau menyindirnya. Hingga akhirnya gadis itu pun hanya memilih untuk mengabaikannya dan mulai mengambil pakaian ganti dari dalam tas jinjing, sebelum menutup pintu loker dan berbalik.
"Sama-sama," kata Marcello tiba-tiba.
Membuat gadis yang selalu mengikat rambut panjangnya kebelakang itu lantas kembali mengerutkan dahinya. Ia juga mendelik heran kepada Marcello saat akhirnya bersuara, "Hah?"
"Gue bilang sama-sama." Marcello tersenyum lebar. "Masa lo nggak peka sih? Gue lagi muji lo, tuh, barusan."
Keduanya kemudian keluar dari ruang aula untuk berganti baju karena di ruangan itu sendiri memang tidak disediakan fasilitas toilet. Namun ketika mereka baru saja melewati koridor lantai satu, tiba-tiba saja mereka berpapasan dengan Sakilla, Gretta dan Tya yang datang dari arah berbeda.
Gretta lah yang pertama kali membuka suara. "Eh, eh, ada Serra."
Membuat Serra maupun Marcello ikut menghentikkan langkah seketika. Serra sempat bertemu pandang dengan Sakilla, sebelum kemudian Sakilla membuang wajah dan Serra memilih melihat Gretta dan Tya bergantian.
Dengan wajah santai, Gretta mengangkat dagu dan menyilang kedua tangannya di dada. "Mau latihan karate ya, kakak Serra?"
Tawa puas mengakhiri sindiran Gretta. Yang kemudian diikuti oleh Tya. Sementara Sakilla hanya tersenyum miring tanpa mempedulikan ekspresi kesal di wajah saudari kembarnya tersebut.
Namun alih-alih berhenti, Gretta justru melanjutkan. "Perempuan itu harusnya feminim, lemah lembut, bukannya adu jotos-jotosan. Iya, kan, Sakilla?"