Blurb
"Kalau begitu. . . , aku harus memanggilmu siapa?" tanyaku tiba-tiba. Gadis itu diam sejenak. Dia terlihat kebingungan, seperti orang amnesia.
"Eri." Jawabnya singkat.
"Itu namamu?" Gadis itu menggelengkan kepala.
"Nama bunga ini adalah bunga Erigeron. Lebih tepatnya Erigeron karvinskianus." Mulutku membulat kecil untuk waktu yang cukup lama. Bahkan dia menyebutkan nama latinnya.
Suka datang dan lenyap seketika. Membawa banyak kejutan, yang akhirnya menyeretku ke dalam lingkar "setan" nya. Tenang saja, ini bukan dongeng horor yang meneror malam anak kecil sepertinya. Siapalagi, yang memberi warna dalam abu-abu kehidupanku? Ditambah dengan kehadiran Shaye Saint berjalan di sekolah perempuan, ya, dia laki-laki. Aku memergokinya tengah berbuat hal yang tidak-tidak, dan kami dekat setelahnya.
Berakhir sampai sana? Tunggu. Ada banyak hal yang kami lalui. Aldis dan Kiya, dua makhluk saling bertentangan. Juga domba-dombanya, alias teman sekelas kami ikut merasakan. Di tengah teror yang semakin lama semakin memuncak, Eri datang dengan tenangnya.
Katanya, "Bisa kalian temukan mayatku?"
Maksudnya, seperti sesuatu yang busuk, menyengat, dan tulang belulang begitu? Buruknya, ia tak tahu di mana dan bagaimana ia meregang nyawa.
Tidak. Tak ada satu pun dari kami sekelas yang ingin menajadi detektif, atau pun tim forensik yang menangani kasus seperti itu.
Lalu bagaimana?
"Ayo jurit!" begitu teriak salah satu domba Kiya.