Erlan

Bentang Pustaka
Chapter #3

Part 3: Muka-Muka Patah Hati

Suasana SMA Nusa Cendekia terasa berbeda. Wajah-wajah yang dulu sering Erlan lihat tak ada lagi, hanya ada segelintir anak kelas XII. Memang setelah UNBK anak kelas XII tak lagi wajib berangkat sekolah. Mereka sibuk sendiri-sendiri. Ada yang santai karena sudah diterima lewat jalur SNMPTN, ada juga yang masih sibuk belajar untuk masuk kampus pilihan.

Erlan duduk di salah satu meja kantin. Sepi, karena tak ada lagi anak kelas XII yang aktif belajar. Dia memesan siomay dan segelas es teh. Tangannya sibuk membuka akun Instagram, mengabaikan siomay yang sejak tadi memanggilnya untuk dinikmati.

Matanya kini tertuju pada foto Lavina yang tengah tersenyum. Tanpa sadar, bibirnya ikut tersenyum. Tangannya menyentuh layar untuk memberi like. Senyumnya berubah menjadi senyum miris kala melihat komentar Arsenio, pacar Lavina.

Buru-buru Erlan keluar dari media sosial yang menyajikan foto-foto itu, meletakkan ponsel di meja, dan mulai memakan siomay yang telah dingin.

“Bang, lo di sini?”

Erlan menoleh mendapat tepukan di bahunya. Ada Barga, adik kelas sekaligus teman basketnya.

“Lo ngapain ke kantin sini?”

“Gue dari ruang musik, daripada ke kantin bawah ramai jadi gue ke sini. Kan, penguasanya udah pada mau lulus.”

“Ralat, kami semua bakal lulus,” balas Erlan. Ya, baginya dan hampir semua anak kelas XII, mereka sudah lulus meski pengumuman dan nilai belum keluar. Mereka yakin itu.

“Oke, gue ralat.”

“Lo ngapain ke sekolah, Bang? Sendirian lagi. Cewek yang kemarin mana?” sambung Barga.

“Lavina maksud lo? Sama pacarnya lah.”

“Kok, gue lihat ada muka-muka patah hati di sini.”

“Sok tahu lo.”

“Eh, tapi gue kemarin lihat lo sama cewek di mal, Bang. Mau gue panggil, gue lagi buru-buru.”

“Kemarin? Itu mah Loli.”

“Siapa lagi, tuh? Gebetan baru?”

“Bukan, ngasal lo. Dia temen sekelas gue.”

Obrolan mereka terinterupsi oleh panggilan di ponsel Erlan. Nama “Permen Loli” muncul. Awalnya Erlan mau mengabaikan, tapi Barga membuatnya terpaksa mengangkat telepon.

“Halo.”

“Halo, Erlan.”

“Iya, ada apa?”

“Lo di mana?”

“Di sekolah.”

“Ngapain?”

“Kangen aja makan di kantin. Ada apa?”

“Oh, ya, gue lupa. Gue mau ngajak lo keluar.”

“Ke mana? Gue pakai seragam.”

Lihat selengkapnya