Error 404: Validation Not Found

Listaa
Chapter #1

Bab 1

Ruang kelas 12 DKV 1 masih ramai meski bel pulang sudah lama berbunyi. Layar perangkat masih menyala di beberapa meja, memamerkan ilustrasi yang sedang dikerjakan usai praktik mata pelajaran terakhir.

Di sudut kanan, seorang siswa berkacamata asyik menggambar karakter Luffy di Photoshop. Sementara di sebelahnya, tangan lain dengan cekatan menari di atas sketchbook, menghasilkan goresan pensil yang penuh detail. Di meja belakang, suara tawa riang terdengar saat seorang siswa menggambar wajah temannya dengan kepala botak di CorelDRAW.

Bagaskara, yang duduk di barisan tengah, tampak serius menatap layar Macbook Pro-nya. Tangannya dengan lihai menggerakkan Wacom Pro Pen 2 di atas permukaan Wacom Cintiq Pro 24, menyempurnakan shading pada karakter berambut hitam yang sedang dia kerjakan di aplikasi Affinity.

"Gila, Gas! Ini si Adrian dari kelas sebelah, kan? Kok lo bisa bikin versi anime-nya sekeren ini?" tanya seorang perempuan berambut sebahu dengan jepit rambut berbentuk cherry. Tubuhnya condong ke depan, matanya berbinar penuh kekaguman. Beberapa kursi sudah ditarik mengelilingi meja Bagaskara, seperti biasa.

"Gas, please! Masukin gue ke komik lo! Jadi cowok bad boy yang ditaksir cewek-cewek!" seru cowok di depannya, yang baru saja memutar kursinya untuk menghadap Bagaskara. Ekspresinya penuh harap, seolah-olah sudah membayangkan dirinya sebagai karakter dalam cerita.

Sambil tetap fokus menyelesaikan shading, Bagaskara menjawab dengan nada santai, "Kagok. Ceritanya udah hampir tamat, tapi kalau mau jadi siluet di latar belakang, bisa diatuuur."

Tawa pecah di antara mereka.

"Lagian, lu muka gini aja ngarep berubah jadi kayak Han Seo-jun di True Beauty," canda Pradana sambil menggulir layar Macbook-nya yang menampilkan video dance Burn It Up Wanna One.

Vian tak mau kalah. Dia menunjukkan screenshot wajahnya dari galeri. "Ini pas gue pake filter Hwang In-Youp di TikTok, nyatu banget, lho!"

"Ya karena lo yang buat filternya!" seru Bagaskara, disambut tawa riuh dari teman-temannya. Lalu, lelaki itu tiba-tiba nyeletuk. "Eh, ada yang ikut Tour Gramedia Fabian di Matraman nggak?"

"Gue, dong!" Lili langsung bereaksi. "Gue pengen lihat dia langsung. Ada visual lokal Series Geng Color juga soalnya! Kapan lagi lihat cowok gepeng gue jadi nyata!?"

"Gue mau sign Fabian. Bareng nggak?" tanya Bagaskara. "AYO!" seru Lili riang.

Suasana riang itu tiba-tiba terpecah saat suara dari pintu kelas memecah konsentrasi mereka.

"Bagas, kenapa cowok gue dibikin koma, anjir!?"

 

Aradia, si anak RPL dari kelas sebelah, muncul di ambang pintu dengan ekspresi tidak terima. Dua tangannya memegang setumpuk buku mata pelajaran, sementara matanya menyorot tajam ke arah Bagaskara.

Bagaskara mendongak, mengangkat sebelah alisnya. "Hah? Cowok lo

siapa?"

 

"Ya karakter utama cerita lo, brengsek!" Aradia melangkah masuk, meletakkan buku-buku itu di meja guru. "Titipan dari Pak Bram Mandarin."

"Yah, namanya juga konflik. Kalau nggak ada penderitaan, pembaca bosen," jawab Bagaskara sambil tersenyum kecut.

"Tapi kenapa koma? Kenapa nggak patah kaki dulu kek? Amnesia dulu? Ini kok langsung koma?" Aradia mendumel, wajahnya masih cemberut. Sebelum pergi, ia menatap Bagaskara sinis. "Awas aja kalau dia mati!"

Lihat selengkapnya