Error 404: Validation Not Found

Listaa
Chapter #8

Bab 8

Mobil melaju pelan di jalanan kota. Lampu-lampu mulai menyala, menerangi trotoar dan kios-kios kecil yang masih buka. Dari luar jendela, terlihat beberapa orang duduk di warung kopi, menikmati malam sambil berbincang santai. 

Di dalam mobil, Liona duduk di sebelah kursi pengemudi dengan tangan terlipat. Napasnya berat, ekspresinya mengandung frustrasi yang ditahan. 

"Kamu tahu nggak, sih?" katanya tiba-tiba, suaranya penuh keluhan. "Sekolah ini tuh kayak nggak peduli sama muridnya." 

Elgio meliriknya sekilas sebelum kembali fokus menyetir. "Kenapa?" 

"Konsultasi mingguan buat anak kelas 12 itu sebenernya ide bagus banget." Liona bersandar ke jendela, menatap lampu jalan yang berkelebat. "Mereka pasti stres soal ujian ataupun pilihan setelah lulus mau ke mana. Sekolah nggak menjamin mereka bakal langsung dapat kerja walau udah kerjasama dengan beberapa mitra. Kenapa, sih, hal kecil kayak gini aja harus bohong?"

Elgio bisa merasakan keresahan yang teman dekatnya itu rasakan.

Liona berdecak. "Kenapa di brosur selalu ada hook pasti dapat kerja setelah lulus dari SMK!?"

"Marketing, dong," jawab Elgio enteng.

"Dan kamu tahu? Jarang ada yang datang ke ruangan aku. Ruang BK selalu kosong." 

Elgio mengangkat alis. "Serius?" 

Liona mengangguk lemah. "Ya, kecuali satu-dua anak yang beneran niat cari jalan buat diri mereka sendiri." 

Elgio tidak langsung merespons. Dia tahu Liona cukup serius dengan pekerjaannya. Jika dia sampai mengeluh seperti ini, berarti ada sesuatu yang benar-benar mengganggunya. 

"Tapi ada yang keren, Gio," lanjutnya, kali ini dengan nada lebih cerah. Liona bahkan sedikit menyerong pada Elgio. "Ada yang sampai bikin komunitas sendiri, tahu?" 

"Oh, ya?" 

"Iya! Aku awalnya lihat di TikTok, terus sadar… eh, ini komunitas yang pernah aku denger!" Liona buru-buru membuka ponselnya, menunjukkan sebuah video. "Lihat ini. Udah collab sama Lian. 50 ribu likes!" 

"Nggak aneh, sih, kalau Lian. Dia sering bantu kreator kecil."

Elgio sangat tahu bagaimana Lian–temannya sejak SMA itu–di belakang kamera.

Elgio menoleh sekilas ke layar ponsel Liona saat mobil berhenti di lampu merah. Pandangannya membeku sejenak. Di antara sekumpulan anak yang muncul di video itu, ada wajah yang sangat dia kenal.

Kebetulan sekali, ponselnya bergetar dan muncul nama kontak adiknya di sana.

Adek Beruang mengirim pesan. 

"Na, bisa minta tolong balesin chat adekku dulu nggak? Dia jadinya bawa motor apa nggak?" pinta Elgio begitu mobil kembali jalan.

"Oke. Izin buka, ya."

Liona mengambil alih ponsel Elgio. Elgio bicara balasan untuk adiknya dan Liona bagian mengetik.

Adek Beruang

Di rumah temen.

Iya, aku ngga bawa motor.

Elgio

Rumah siapa?

Adek Beruang

Ada deh.

Elgio

Share loc, Dek!

Adek Beruang

Nggak, ah. Ngapain? Aku lagi garap project. 

Elgio

Mau jemput.

Beberapa detik kemudian, lokasi adiknya muncul. 

Jadi, setelah mengantar Liona pulang ke rumahnya, Elgio mengikuti tempat dari link tadi. Dari luar, dia bisa mendengar suara diskusi yang samar-samar. Saat masuk, dia melihat sekelompok anak duduk melingkar di sekitar meja penuh dengan amplop, map, cap, laptop menyala, dan kertas yang berserakan. 

Matanya menyapu ruangan, lalu berhenti di sosok yang duduk dengan tangan bersedekap dan wajah kesal di depan lelaki yang tidak asing.

"Gini doang?" Elgio mengangkat map berisi selembar kertas draft poster di meja. "Benefit workshop-nya gak sesuai sama target audiens. Mana targetnya dikit banget. Yakin, nih gaet sponsor?" 

Keenan mendelik. "Dia siapa?" 

"Kakaknya Griselda," jawab Aradia cepat. Mereka melihat Griselda menghampiri Elgio dan menyuruhnya keluar, tapi Elgio terus bicara.

Elgio menyandarkan tangan ke meja, menatap Bagaskara tanpa ekspresi. "Kalian tahu audiens kalian masih kecil. Kenapa nggak sekalian kembangkan lebih luas? Proposal kayak gini nggak akan bikin acara kalian menarik sponsor gede." 

"Siapa, sih, ketua acaranya? Main approved konsep div. Acara aja," sungut Elgio lagi.

"Saya!" Bagaskara menunjuk dirinya sendiri. Tampangnya kentara sekali. "Kamu nggak berhak mengomentari acara ini, karena nggak tahu tujuan acara ini untuk apa."

Elgio hanya mengangguk-angguk. Anak itu semakin keras kepala setelah mereka tidak bertemu beberapa tahun. Anak kecil yang sering dia lihat ternyata sudah bisa bicara formal.

"Coba pikirin lagi. Apa yang ngebuat mereka buat datang, kalau target audiens-nya warga sekitar sini."

"Ini udah pas!" tekan Bagaskara.

"Kita riset dulu, kok, sebelum susun konsep!" Pradana juga ikut membuka suara.

Elgio hanya tersenyum miring. Dia melirik Griselda. "Ayo, pulang. Jam berapa, nih? Kalian juga pulang. Yang ada semua panitia sakit sebelum acara."

"Aku nggak mau pulang dulu. Nggak enak sama yang lain."

"Jam 10, Grisel!" tegas Elgio.

"Pulang aja, Sel. Kita juga mau pulang, kok," tenang Keenan. "Kita lanjut besok."

Lihat selengkapnya