Error 404: Validation Not Found

Listaa
Chapter #15

Bab 15

Ruangan baru komunitas itu mulai terdengar suara khas Elgio, sesi mentoring mereka dimulai. "Kalau mau buat pameran, kita ngga bisa gerak dengan orang segini doang. Tapi gue acc, karena apa? Karena kita bisa mengusahakannya."

"Kita perlu open recruitment?" potong Keenan cepat.

Elgio mengangkat tangannya, menandakan dia sudah selesai bicara. "Yup, kita butuh setidaknya ada dua orang di setiap divisi: Acara, Sponsor bisa disatuin sama HUMAS walau bakal sibuk banget, PDD, logistik, sekretaris 1, bendahara 1. Sama ketua, nggak usah ada wakil. Keenan sama Aradia meskipun BPH, ikut gabung ke divisi aja.”

"Gue tunggu hasilnya. Jangan bikin malu."

Dan dengan itu, Elgio pergi, meninggalkan mereka dengan ide baru yang mulai terbentuk di kepala masing-masing.

Malam itu, mereka langsung susun kepanitian inti dari mereka dulu, lalu Keenan akan tetap jadi ketua, Aradia tetap bendahara, dan Griselda harus jadi sekretaris lagi. Ilham sebagai PDD di acara, mengirim poster open recruitment panitia pameran untuk diunggah. Setelah di-acc, langsung dia post di akun komunitas.

Sudah 5 hari berlalu, tapi … cuma dua orang yang daftar.

Dan lihat siapa mereka.

Lili dan Vian.

Mereka sudah masuk room meeting untuk wawancara.

"KALIAN NGAPAIN!?" teriak Pradana.

"Bisa dapet sertifikat nggak?" tanya Lili polos. "Sertifikat kepanitian buat dikumpulin ke sekolah masih kurang satu."

"Gue juga," tambah Vian santai.

"Kalau nyari alasan, minimal bikin script dulu kek," dengus Pradana.

Tapi mau gimana lagi? Setidaknya mereka dapat tambahan tenaga.

Begitu Lili dan Vian masuk ke markas, suasana langsung berubah canggung.

Bagaskara duduk di sofa dengan tangan terlipat, sementara Lili bersandar di dinding, sibuk mainin tali hoodie-nya. Vian pura-pura fokus ke HP, tapi dari tadi nggak ada suara notif sama sekali. Bagaskara dan Pradana saling lirik, jelas bingung harus mulai dari mana. Sementara Keenan dan yang lainnya belum datang.

Pradana menatapnya tajam. "Dulu lo paling kenceng ngejauhin Bagas, sekarang ngapain?"

Lili menghela napas. "Ya terus gue harus apa? Bawa poster 'AKU MENYESAL' gitu?"

"Nggak usah," potong Bagaskara akhirnya. Tatapannya datar, tapi suaranya lebih tenang dari yang lain. "Cukup bilang aja 3 kali di sini."

Lili diam sesaat, lalu menunduk. "Gue sering denger lo dari Griselda dan ... gue langsung ngerasa kayak: oh, gue salah, ya?"

Vian akhirnya nurunin HP-nya. "Gue juga, Gas. Dulu ikut-ikutan aja."

Bagaskara nggak langsung jawab. Dia menarik napas panjang, lalu menghembuskannya pelan. "Oke."

Lili mengangkat alis. "Jadi, lo nggak dendam?"

"Nggak ada untungnya," jawab Bagaskara santai. "Kelakuan kalian nggak seberapa. Masih easy."

Keheningan menggantung beberapa detik. 

"Ketawa dong!"

Akhirnya, mereka semua ketawa. Lili mencibir, tapi sudut bibirnya terangkat. Vian akhirnya bisa nyimpan HP-nya tanpa awkward. Bagaskara menyandarkan punggung ke sofa, merasa sedikit lebih rileks.

Saat suasana makin lepas, semua mulai sibuk di bidang masing-masing.

Tapi, ada satu masalah besar: tempat.

Mereka kesulitan mencari venue yang sesuai dengan konsep pameran mereka. Murah, strategis, dan bisa diakses banyak orang.

Bagaskara, sebagai bagian dari divisi acara, ikut bersama Pradana yang ada di divisi sponsorship. Mereka turun tangan langsung buat nyari tempat. Setelah seleksi beberapa opsi, akhirnya mereka mendatangi salah satu gedung yang dirasa cocok. Proposal sudah disiapkan, rundown acara juga sudah dirancang.

Tapi begitu pintu terbuka, Bagaskara langsung membeku.

Seorang pria, berusia akhir 40-an, berdiri di ambang pintu.

Mata mereka bertemu.

Lihat selengkapnya