Erstwhile

Relia Rahmadhanti
Chapter #3

2. Maaf

Meminta maaf karena kesalahan. Jangan beranggapan kita akan balikan.

*****

Setelah mandi, Ken beranjak turun ke bawah berniat untuk sarapan. Pria itu mengenakan pakaian santainya. Kamarnya masih berantakan, nanti ia akan menyuruh pekerja rumah untuk membereskan semuanya.

Saat keluar, tatapan Ken bertabrakan dengan Kuna. Gadis itu masih marah, terlihat dari kilat tatapan tajamnya. Kuna tak menyapa, berlalu saja dari hadapan Ken. Pria itu menatap punggung Kuna yang kian menjauh, lalu menggedikkan bahunya tak acuh. Meneruskan berjalan menuju meja makan.

"Pagi bunda," sapa Ken riang. Kuna dan Alkan sudah duduk bersebelahan.

"Pagi Ken," jawab Adelia sambil menata piring untuk Ken. Pria itu duduk, lalu mengambil nasi goreng.

Kini semua sibuk dengan makanan masing-masing. Hening, hanya terdengar suara dentingan sendok yang bertabrakan dengan piring. Sesekali Ken mencuri pandangan pada Kuna, gadis itu masih diam. Biasanya ia paling cerewet saat sarapan.

Ken meneguk minumannya. Menghembuskan napas lega.

"Kenyang bun," adu Ken memecahkan keheningan. "Masakan bunda emang selalu enak," lanjutnya memuji. Wanita paruh baya itu tersenyum.

"Iya dong! Bunda kan dulu ikutan lomba master chef," balas Adelia dengan kekehan pelannya. Ken terkekeh, tapi tidak dengan Kuna. Tumben sekali Kuna banyak diamnya hari ini. "Kalian sedang bertengkar?" tanya Adelia, menatap Ken dan Kuna bergantian.

"Enggak kok bun!" sangkal Ken. "Kuna aja yang lagi marah sama Ken."

Gadis itu menatap tajam Ken. Pria itu jadi bergidik ngeri.

"Kuna, kamu kenapa? Ada masalah sama Ken?" tanya Adelia lembut. Kuna menghela napas berat.

"Ken jahat Bunda. Masa dia putusin sahabat Kuna," terangnya.

"Itu hak gue Kuna!" potong Ken kesal. Kuna juga ikutan berdecak kesal.

"Gue belum selesai ngomong Ken!" Kuna kemudian menatap Adelia, ibunya. "Dia bikin Luna kehujanan malam-malam sampai sekarang dia demam," lanjutnya. Adelia terkejut.

"Benar Ken?"

Ken menghela napas pasrah.

"Ken nggak tau bunda kalau dia bakal hujan-hujanan gitu," jawab Ken lemas. Adelia menghembuskan napas pelan, menggelengkan kepalanya.

"Ken harusnya jangan tinggalin Luna. Kasihan kan dia jadi jatuh sakit," ucap Adelia lembut.

"Tapi bunda..."

"Ken harus tanggung jawab dong. Minta maaf ya," pinta Adelia lembut.

"Tapi bukan sepenuhnya salah Ken, bunda," protesnya. Adelia mengangguk.

"Iya bunda tau. Memutuskan hubungan itu memang hak kamu. Tapi kesalahan kamu, bikin Luna sakit."

Ken mengacak-acak rambutnya frustasi. Menghembuskan napas jengahnya.

"Nanti Ken pikir-pikir dulu bunda," jawabnya. Lalu dengan lemas Ken beranjak dari meja makan menuju kamarnya.

Tak mau memikirkannya lebih. Ken memilih menghabiskan waktu dengan bermain game. Untung kamarnya sudah selesai dibenahi.

****

Keadaan mobil terasa hening. Tak ada yang membuka suara. Tiga saudara kembar itu hanya diam, menatap jalanan yang dilanda kemacetan.

Ken beberapa kali menghembuskan napas panjangnya.

"Kuna, di depan ada cemilan gak?" tanya Ken. Gadis itu tak menatap lawan bicaranya.

"Gak," jawabnya dingin.

"Permen?"

"Gak."

Lihat selengkapnya