Ji-soo kecil berlari menuju rumah Ji Eun yg berjarak 3 rumah dari kediamannya.
Sesampainya Ji-soo di depan pagar rumah Ji Eun, Ji-soo menggoyang- goyangkan pagar rumah sembari berteriak
"Ji Eun cepatlah kemari.. adikku sudah lahir!!!"
Ji Eun kecil yg sedang asyik menonton kartun sembari menikmati berondong jagung, sontak menghentikan kunyahannya.
Ji Eun beranjak meninggalkan televisi dan berondong jagungnya.
Ji Eun terlihat sumringah mendengar teriakan sahabatnya, Ji-soo.
"ibu.. aku kerumah Ji-soo ya.. adiknya sudah lahir!!!"
"sungguh? baiklah.. sebelum jam makan siang kau sudah harus kembali kerumah ya"
"baik, ibu"
Ji Eun pun bergegas menghampiri Ji-soo.
"cepat Ji Eun.. kau harus liat adikku.. adikku lucu sekali.. pipinya tembam dan kulitnya putih seperti kue beras buatan ibumu"
"benarkah? ayo cepat.. aku ingin melihatnya"
Ji-soo dan Ji Eun pun berlari menuju kediaman Ji-soo.
Sesampainya di rumah Ji-soo, Ji Eun terlihat begitu bahagia memandang adik Ji-soo yg baru lahir.
"wah lucu sekali.. kau benar Ji-soo.. pipinya tembam dan kulit seputih kue beras buatan ibuku"
Seketika ibu dan ayah Ji-soo tertawa mendengar celoteh Ji Eun kecil.
"siapa nama adik lucu ini, bibi?"
"namanya Jungkook.. salam kenal ya Ji Eun noona"
Ucap ibu Ji-soo sembari memainkan tangan mungil Jungkook di hadapan Ji Eun.
"iya Jungkook.. salam kenal"
Tak lama kemudian rawut wajah Ji Eun berubah menjadi sedih setelah memandang wajah Jungkook cukup lama.
"kau kenapa Ji Eun?"
"tidak.. aku teringat adikku.. coba saja adikku tidak tidur ketika lahir.. pasti aku juga memiliki adik laki- laki seperti dia"
"yaaa.. kau ini bicara apa.. dia kan adikmu juga"
Ucap Ji-soo sembari merangkul Ji Eun
"benar itu Ji Eun.. mulai sekarang kau harus menganggap Jungkook sebagai adikmu sendiri"
Ucap ayah Ji-soo.
"iya Ji Eun noona.. mulai sekarang aku punya 2 noona, yaitu Ji-soo noona dan Ji Eun noona"
Ucap ibu Jungkook sembari mengelus kepala Ji-soo dan Ji Eun.
"asyiik.. sekarang aku punya adik!!!"
Ji Eun pun kembali sumringah setelah mendengar ucapan orang tua Ji-soo.
Satu tahun yg lalu ibu Ji Eun melahirkan seorang bayi laki- laki, namun sayangnya bayi tersebut tidak bernafas ketika dilahirkan.
Kepergian bayi laki- laki tersebut membuat ayah dan ibu Ji Eun merasa terpukul, terutama untuk sang ibu.
Alhasil setelah kepergian adik laki- lakinya, ibu Ji Eun memutuskan untuk tidak ingin mengandung lagi.
Ji Eun pun merasa sangat sedih dengan kepergian sang adik yg sudah lama dia nantikan.
Ji-soo sebagai seorang sahabat berusaha menghibur Ji Eun.
"kau jangan sedih Ji Eun.. aku janji akan menyuruh ibuku untuk memberikanmu adik"
"benarkah?"
"tentu saja.. aku kan sahabatmu.. mana mungkin aku bohong"
Ji Eun pun akhirnya kembali tersenyum setelah mendengar ucapan sahabatnya tersebut.
Awalnya Ji-soo adalah anak yg sangat manja, dia sama sekali tidak ingin memiliki adik.
Ji-soo tidak ingin jika kasih orang tuanya harus terbagi dengan adiknya nanti.
Namun begitu melihat Ji Eun yg terus menangis setelah kehilangan adiknya, akhirnya Ji-soo berbicara kepada kedua orang tuanya bahwa dia ingin memiliki adik.
Hal tersebut Ji-soo lakukan semata- mata hanya untuk membuat sahabatnya bahagia.
Hari demi hari terus berlalu, Ji-soo dan Ji Eun bersama- sama menyayangi Jungkook.
Sepulang sekolah, Ji Eun selalu mampir ke rumah Ji-soo untuk mengajak Jungkook bermain.
Setelah Jungkook beranjak balita, Jungkook sering bermain di rumah Ji Eun.
Ibu dan ayah Ji Eun pun menyukai dan menyayangi Jungkook seperti anak mereka sendiri.
Selain Jungkook mengingatkan mereka pada anak laki- laki mereka yg meninggal, Jungkook juga merupakan anak yg manis dan mudah diatur, tidak heran jika ibu dan ayah Ji Eun bisa dengan mudah menyayangi Jungkook.
Kemudian setelah Jungkook beranjak remaja, Jungkook sering mengajak ayah Ji Eun untuk bermain video game dirumahnya.
Ayah Jungkook pun ikut bergabung ketika mereka sedang bermain video game.
Hubungan keluarga Ji Eun dan Ji-soo memang sangat harmonis, selain anak- anak mereka yg bersahabat sejak kecil, kedua orang tua Ji Eun dan Ji-soo pun berteman baik sebagai tetangga.
Keluarga Ji Eun dan Ji-soo sering membantu satu sama lain ketika berada dalam kesulitan.
Orang tua Ji Eun pun sudah menganggap Ji-soo dan Jungkook sebagai anak mereka sendiri.
Bahkan ketika akhir pekan, Jungkook selalu menemani ayah Ji Eun bermain catur sepanjang malam hingga pagi menjelang.
Ji-soo dan Jungkook juga sering menjadikan rumah Ji Eun sebagai tempat persembunyian mereka ketika dimarahi oleh orang tua mereka.
Jelas saja mereka sering dimarahi orang tua, Ji-soo sering mengajak adiknya untuk membolos sekolah agar bisa ikut bersamanya menelusuri hutan ataupun mendaki gunung.
Selain karena membolos sekolah, Jungkook juga tidak di izinkan orang tuanya karena Jungkook masih berusia 14 tahun.
Orang tua Jungkook mengkhawatirkan keselamatan putra mereka yg masih terlalu muda untuk mengikuti kegiatan telusur alam.
Dan pada suatu malam, waktu sudah menunjukan pukul 01.30 dini hari..
(Tok.. Tok.. Tok)
"Ji Eun.. apa kau dirumah?"
(Tok.. Tok.. Tok)
"paman.. bibi.. ini Ji-soo dan Jungkook"
(Tok.. Tok.. Tok)
"Ji Eun.. Paman.. Bibi.. bolehkah kami menumpang tidur disini.. semalam saja"
Ji-soo terus saja mengetuk pintu rumah Ji Eun walaupun tidak ada jawaban.
Ji Eun yg sedang sakit pun akhirnya terbangun dari tidurnya karena mendengar ketukan pintu dari Ji-soo.
Ji Eun berjalan dengan sempoyongan untuk membukakan pintu.
"aduh, kalian lagi.. apa bibi mengusir kalian lagi? atau paman memukul kalian lagi menggunakan kayu?"