Escape

Momo Shiny
Chapter #1

Bab 1. Terdampar

Pesawat yang ditumpangi Dayanara dan putranya saat ini terbang di ketinggian 35.000 kaki. Telah menempuh waktu sekitar 45 menit di udara, suasana kabin begitu tenang. Sebagian penumpang duduk santai, ada yang berbincang dengan suara pelan, dan tidak sedikit yang tertidur lelap. Menempati kursi 66 A, Gio, Putra Dayanara tak henti berceloteh sambil menatap jendela.

Gio terus melontarkan berbagai perkataan. Termasuk yang menurut Dayanara tidak masuk akal. “Mama, lihat. Bentuk pulaunya mirip burung gagak.”

Dayanara tak menanggapi. Dia bahkan sibuk sendiri mencari posisi ternyaman. Tak lama kemudian, dia memejamkan mata, berniat untuk tidur seperti penumpang lain. Namun, baru saja hampir terlelap, Gio menggoyang-goyang tubuhnya.

“Mama, lihat. Burung gagaknya banyak sekali di pulau itu.” Bocah berusia tujuh tahun itu meminta ibunya melihat apa yang ingin ditunjukkan.

Ibunya pun menanggapi dengan bermalas-malasan. “Gio, kita ini ada di sekitar 6 mile dari permukaan laut. Ga mungkin ada yang bisa terlihat selain awan.”

“Tapi benar kok ada pulau. Mama lihat, dong!” pinta Gio dengan meninggikan nada suaranya.

Dengan begitu terpaksa, Dayanara melihat ke arah jendela. Perempuan berusia 27 tahun yang semula begitu tak percaya dengan apa yang dikatakan putranya, kini mendadak terkejut. Dia bahkan mengucak matanya, lalu kembali menegaskan pandangan. Bukan hanya sebuah pulau, Dayanara juga begitu jelas melihat burung-burung gagak yang beterbangan mengelilingi pulau tersebut.

Merasa heran, dia pun memastikan apa yang menjadi tanda tanya di benaknya ke pramugari yang kebetulan sedang lewat. “Maaf, ini di ketinggian berapa, ya?”

Pramugari pun ramah menjawab, “6,5 mile dari permukaan air laut. Sekitar 40 menit lagi kita baru akan mendarat.”

“Tapi kok ada terlihat pulau dari jendela?” tanya Dayanara penasaran.

“Terkadang awan memang bisa terlihat seperti berbentuk pulau. Mungkin hanya awan. Silakan duduk kembali, Bu.” Setelah menanggapi, pramugari melanjutkan langkahnya.

Dayanara terlihat tak puas atas penjelasan pramugari. Dia pun kembali menatap ke jendela. Masih sama, pulau dan gagak-gagak yang beterbangan begitu jelas terlihat. Dayanara mengernyitkan dahi, lalu semakin mendekat ke arah jendela untuk memastikan apa yang dilihatnya.

Beberapa detik, tiba-tiba saja …

BRAK!

“Aaaggg ….”

Seekor gagak menabrak jendela. Hal itu sontak membuat Dayanara dan Gio terkejut. Suara teriakan mereka seolah memancing keingintahuan penumpang lain. Mereka pun bertanya mengenai apa penyebab Dayanara dan putranya tersentak.

“A-ada gagak di luar.” Dayanara yang saat ini berdiri sambil mendekap Gio menjawab tergagap.

Salah seorang penumpang yang menempati kursi di baris belakangnya menimpali, “Mana mungkin ada gagak. Kita ada di tengah-tengah penerbangan. Yang terlihat di luar pasti cuma awan.”

“Tapi benar—”

“Aaaggg ….” Teriakan seorang penumpang yang duduk di kursi depan memotong perkataan Dayanara.

Disusul suara orang yang saling berbicara. “Dingin! Kenapa ini dingin banget?!”

Apa yang diucapkan oleh penumpang lain, seketika juga dirasakan oleh Dayanara. Suhu terasa begitu dingin secara tiba-tiba.

“Mama, kenapa ini dingin sekali?” Gio pun mengeluh.

Dayanara tak menjawab. Sama seperti penumpang lain, Dayanara memperhatikan sekeliling. Semua berusaha menghangatkan tubuh dengan menggosok-gosok lengan. Dayanara pun melakukan hal itu. Dia segera menyelimuti tubuh Gio dan menggosok-gosok punggung serta lengannya.

“Pramugari?! Ini kenapa?! Atur suhu ruangannya! Kenapa tiba-tiba jadi dingin banget begini?!” Seorang penumpang pria memarahi pramugari yang saat itu terlihat begitu kebingungan.

“Maaf, Pak. Mesin pengatur suhu ruang mati. Ke-kemungkinan perubahan suhu ini dipengaruhi cuaca di luar,” jawab pramugari tampak panik.

“A-apa?! Terus gimana ini?!”

“Aaaggg … tolong … Ayah saya membeku. Dia ga bernapas. Tolooong ….” Seorang gadis muda berteriak.

Beberapa pramugari pun segera menghampiri.

Tak hanya gadis itu. Penumpang lain pun mulai mengeluh. “Tolong anak saya! Anak saya juga ga bernapas!”

Teriakan para penumpang membuat Dayanara panik. Namun, dia berusaha fokus. Meski tubuhnya juga begitu kedingingan, bibir gemetar, dan jemari mulai keriput, dia tetap terus menggosok-gosok tubuh Gio untuk memberinya kehangatan.

Suara dari speaker terdengar. “Ada kendala penerbangan yang belum diketahui sumber masalahnya. Para penumpang diharap segera mengikuti instruksi pramugara untuk memakai perlengkapan keamanan ….”

Belum juga usai instruksi yang diperdengarkan, tiba-tiba saja suhu yang semula begitu dingin, kini mendadak jadi panas. Teriakan kesakitan dan ketakutan pun semakin ramai terdengar.

Lihat selengkapnya