Alat transportasi yang dibuat dengan perlengkapan seadanya serta pengetahuan alakadarnya telah jadi. Meski penampakkannya tidak sempurna, Dayanara dan kawan-kawan merasa begitu puas dengan hasil jerih payah mereka. Dengan penuh semangat, mereka yang telah bahu membahu membuat perahu itu pun mendorongnya ke laut. Diperkirakan, benda itu dapat menampung hingga sepuluh orang.
Jared dan Azel memeriksa beberapa sisi. Mereka memastikan bahwa perahu itu aman untuk ditumpangi.
“Sip! Aman!” Jared memberi isyarat agar yang lain segera naik.
Membawa sedikit perbekalan yang dikumpulkan dari hutan, mereka memberanikan diri menerjang lautan. Meski rasa khawatir tak bisa dipungkiri. Namun, mereka tetap bertekad menjalankan rencana ini. Satu bulan sudah mereka terdampar, tetapi tak juga ada bala bantuan yang datang. Dengan terus menunggu, mereka merasa telah menyian-nyiakan waktu.
Satu per satu mereka naik. Jared dan Mason mendorong perahu menuju tengah laut. Telah mengapung dengan sempurna di atas air, mereka pun naik. Secara bergantian, mereka mendayung untuk menciptakan pergerakan pada perahu.
Perlahan ... tepi pantai pun tak lagi terlihat. Mereka tidak tahu perahu itu akan membawa ke mana. Tanpa rencana yang cukup matang, mereka hanya mendayung lurus. Meski pada nya kenyataanya angin akan menciptakan gelombang laut yang membuat arah mereka tidak selalu bergerak lurus. Untuk itu, mengambil langkah berani ini dirasa merupakan cara terbaik.
Tak sesuai rencana, baru beberapa saat perahu menjauhi tepi pantai, tiba-tiba langit yang semula begitu cerah mendadak berubah menjadi kelabu. Angin dingin pun air laut yang langsung menciptakan gelombang tinggi. Seketika semua panik.
Sambil berpegangan erat pada tepi perahu, Sara bertanya, “Gi-gimana ini?!”
“Tenang ... tenang ....” Jared berusaha menenangkan.
Ombak laut yang lumayan tinggi mulai membuat perahu terombang-ambing. Semua menghentikan gerakan mendayung. Mereka berusaha menjaga posisi aman masing-masing dengan berpegangan erat pada tepian perahu. Dayanara mendekap Gio dengan sangat erat.
Mereka saling terdiam. Namun, debaran jantung di dada masing-masing begitu berdetak kencang. Rasa takut dan khawatir berbaur menjadi satu. Tak hanya ancaman ombak laut yang menerjang, dari kejauhan terlihat sirip hiu yang dengan cepat mendekat.
Tiba-tiba saja ...
BRAK!
“Aaaggg ....”
Seekor hiu menabrak perahu hingga terbalik. Dayanara dan yang lain pun terjatuh ke laut.
“Aaaggg ....”
Mereka saling berteriak. Ombak laut yang terus bergelombang membuat tubuh mereka timbul tenggelam.
“Gio ... dekap Mama lebih erat!” Dayanara memerintah Gio yang masih mengaitkan tangan di lehernya.
Dengan cekatan, Mason dan Jared segera membalik perahu agar dapat kembali ditumpangi. Mereka pun segera menolong yang terdekat di sekitar. Maki, Lea, dan Azel berhasil naik. Namun, Sara jauh terpisah.